Senin, 28 Juni 2010

PROPOSAL PENELITIAN

STUDI PRILAKU SEKSUAL
SISWA SMU NEGERI 1 BULUKUMPA DAN SMU NEGERI 1 RILAU ALE TAHUN 2010








OLEH
ISMAR EFENDI
007.05.022

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
RSU DAYA MAKASSAR
2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya lah,maka skripsi ini dapat kami rampungkan. Penulisan ini di lakukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian ilmu keperawatan,STIKES RSU DAYA MAKASSAR
Selama persiapan, pelaksanaan penelitian, pengolahan data, hingga perampungan tulisan ini, terdapat beberapa hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak,khususnya bimbingan dan pengarahan dari staf dosen keperawatan STIKES DAYA dan kesadaran dari kami sendiri, sehingga tulisan ini akhirnya dapat terselesaikan.
Dengan perasaan tulus dari lubuk hati yang paling dalam perkenankan kami mengucapkan rasa terimakasih kami kepada:
Pembimbing dan pengarah kami Ibu MASDIANA AR .SKM .M.kes.
Seluruh staf Dosen bagian keperawatan STIKES RSU DAYA yang telah memberikan bimbingan selama masa Kepanitraan kami.
Ketua bagian Keperawatan STIKES RSU DAYA MAKASSAR.
DIREKTUR STIKES RSU DAYA MAKASSAR.
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan.
Kepala sekolah, para guru, serta staf tata usaha SMU N 1 BULUKUMPA
Kepala sekolah, para guru, serta staf tata usaha SMU N 1 RILAU ALE
Rekan-rekan Mahasiswa STIKES RSU DAYA.
Serta semua pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari akan berbagai keterbatasan dan kekurangan pengetahuan serta pengalaman kami dalam melakukan penelitian sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala kritikan dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya besar harapan kami semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca .
Wassalam.






BAB I
PENDAHULUAN

Latar belakang
Kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia di sagela aspek kehidupan sangat berpengaruh pada tata nilai masyarakat, proses interaksi yang terjadi di antara individu, orientasi dan tujuan hidup manusia yang kesemuanya akan mempengaruhi pola prilaku masyarakat tingkat individu dan selanjutnya akan memberi warna pada pola perilaku masyarakat secara keseluruhan. Ada kesan yang kuat bahwa pola perilaku manusia sangat terkait dengan dimensi waku,tempat,budaya,agama dan juga ideology yang di anut manusia. Oleh karena itu apabila ada perubahan yang terjadi pada beberapa dimensi yang tersebut diatas maka pola perilaku manusia akan berubah.(HAZMAN,2007).
Pola prilaku seksual sebagai salah satu komponen dari pola perilaku manusia secara keseluruhan merupakan salah satu contoh yang terbaik yang dapat membuktikan adanya proses perubahan yang akan berlangsung manusia yang bisa dikaitkan dengan perubahan kemajuan khususnya dalam bidang sains dan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat tinggi oleh manusia. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat tinggi ini, interksi antara manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dipermudah dengan kemajuan teknologi. Manusia dengan latar belakang ras, warna kulit budaya dan agama yang berbeda dapat berinteraksi satu sama lain tentunya membawa pengaruh besar terhadap pola perilaku suatu komunikasi, pengaruh yang dimaksud tentunya bisa bersifat positif maupun negatif namun penilaian ini tentunya tergantung pada tolak ukur penilaian atau sudut pandang yang di pakai. Karena ada kemungkinan suatu hal yang dianggap positif oleh suatu komunikasi dianggap positif oleh suatu komunitas dapat dianggap negative oleh komunikasi lain, demikian pula sebaliknya.(JANUARIO,2007).
Seks sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bukan hanya terbatas pada kegiatan biologis semata namun lebih dari pada itu juga merupakan suatu refleksi dari suatu kegiatan psikis, yang dengan fakto-faktor tertentu seperti pengetahuan, tingkat social kemasyarakatkan dan tata nilai atau hukum akan membentuk pola perilaku seksual di tingkat individu atau pun masyarakat. Oleh karena itu Wajar jika pola perilaku seksual suatu komunitas dapat sangat berbeda dengan komunitas yang lain bahkan dalam suatu komunitas dapat di jumpai adanya perbedaan-perbedaan perilaku seksual tergantung dari kriteria kriteria yang kita pakai dalam mengelompokkan manusia dalam unit-unit komunitas yang di maksud. (JANUARIO,2007).
Di seluruh dunia para remaja baik laki laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah kesehatan seksual, dan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan,aborsi penyakit menular seksual,dan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi peenyakit menular seksual dan masalah kesehatan lainnya. Menurut WHO setelah dari infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada orang muda yang berusia dibawah 25 tahun. (HAZMAN,2007).
Hasil sebuah study mengatakan lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun hidup di Negara berkembang, dan rata rata pernah mengalmi hubungan seksual pertama kali dibawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di Negara berkembang adalah kehamilan yang tidak dikehendaki, dan 15 juta remaja pernah melahirkan . bahkan menurut para ahli di perkirakan setiap tahun terjadi 700-800 kasus aborsi di kalangan remaja. (BBKBN), yang sangat banyak jumlah remaja berperilaku perimisif dan menjalani. Kehidupan seks premarital , diantara mengakibatkan kehamilan di luar nikah dan sebagian diakhiri dengan cara aborsi. (HAZMAN,2007).
Ada kesan yang muncul bahwa akhir-akhir ini pola perilaku seksual pada remaja secara umum dan siswa menengah umum menuju ke pola terbuka sehingga dapat di katakan terjadinya suatu desakralisasi terhadap seks. Merupakan suatu kenyataan umum bahwa berbagai hal yang di anggap tabu pada masa sekarang. Dan kadang hal tersebut memang jika ditinjau dari segi tata nilai masyarakat,budaya dan agama merupakan suatu hal yang lazim dan biasanya pada masa sekarang. Dan kadang hal tersebut memang jika ditinjau dari segi tata nilai masyarakat,budaya dan agama merupakan suatu hal yang melanggar peraturan. Fenomena-fenomena seperti seks bebas, kehamilan diluar nikah aborsi dan pemerkosaan di kalangan remaja diatas terkesan semakin sering dijumpai sekarang. Ini tentunya butuh penanganan sesegera mungkin dari segala pihak yang terkait agar resiko yang besar dapat dihindari.tentunya hal ini membutuhkan pemahaman masalah (knowing the nature of problem) agar kita menemukan formulasi spenanganan praktis yang tepat terhadap masalah ini. (JANUARIO,2007).
Usia remaja proporsinya yang cukup besar dari total jumlah penduduk nasional. Di Indonesia jumlah remaja yang berusia antara 10-12 tahun sangat besar yaitu kurang dari 44 juta jiwa orang. Jumlah tersebut meliputi hampir 25% dari total 220 juta penduduk Indonesia (BKKBN, 2004), Sedangkan jumlah remaja dijawa tengah yaitu sekitar 27% dari 30.177.730 jumlah penduduk (profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah).
Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 yang dilakukan oleh BPS menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 42,3 persen. Hasil SKRRI 2002-03 menunjukkan bahwa hubungan seksual sebelum menikah umumnya masih ditolak. Namun dalam kondisi tertentu penduduk usia 15-24 tahun belum menikah memberikan toleransi yang cukup besar bagi seseorang melakukan seks pra nikah, terutama jika telah merencanakan untuk menikah. Sekitar 29,6 persen diantara laki-laki berusia 15-24 tahun belum menikah yang setuju dengan seks pranikah menyatakan bahwa perilaku tersebut boleh dilakukan jika pasangan tersebut akan menikah dan 26,5 persen menyatakan bahwa perilaku tersebut boleh dilakukan jika pasangan tersebut saling mencintai.
Berdasarkan laporan hasil studi yang dilakukan oleh pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli 2006 tentang perilaku seksual mahasisiwa diketahui bahwa mereka melakukan aktivitas berpacaran dengan mengobrol (100%), berpegangan tangan (80%), mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir (51%), mencium leher (28%), meraba dada / alat kelamin (petting) (22%), dan melakukan hubungan seksual (intercourse) (6,2%), (PILAR PKBI, 2006 ).
Kemudian hasil studi yang dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Propinsi Jawa Tengah terhadap siswa menengah pertama / Sekolah menengah atas (SMP / SMA) tentang pengetahuan, sikap, dan praktek terhadap kesehatan reproduksi didapatkan bahwa sebanyak 42,5% remaja perempuan pernah menonton gambar / film porno. Media yang sering dipakai adalah internet (55%), handphone (53%), VCD (46%), dan majalah / Koran (46%). Dan setelah menonton gambar / film porno sebanyak 77% siswa laki-laki mengalami dorongan seksual dan 39% siswa perempuan mengalami hal yang sama. Kemudian didapatkan pula bahwa hanya sekitar 2% siswa yang menjawab benar pertanyaan tentang pengertian menstruasi. Topik lain yang dijawab benar oleh sedikit siswa tentang merangsang diri sendiri (masturbasi / onani) dapat menyebabkan kemandulan (17,5%), dan hubungan seks yang hanya dilakukan sekali tidak menyebabkan kehamilan (43,5%) (BKKBN, 2008).
Dari hasil data yang didapat dari SMA XXX bahwa terdapat 657 siswa pada bulan november 2009, dengan jumlah siswa masing-masing kelas X 240 siswa, kelas XI 222 siswa, dan kelas XII 195 siswa .Dalam empat tahun terakhir ini didapatkan dua orang siswi dikeluarkan dari sekolah karena hamil diluar nikah, ini terjadi pada tahun 2005 dan tahun 2009. Sehingga dari fenomena tersebut penulis tertarik untuk mengetahui lebih dalam mengenai tingkat pengetahuan dan sikap tentang perilaku seksual pranikah pada remaja di SMA XXX.
Berangkat dari pertimbangan diatas, kami mencoba mendisain penelitian tentang pola prilaku seksual pada salah satu komunitas masyarakat yaitu siswa sekolah menegah umum di bulukumba. Seperti di ketahui , masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan seseorang sebab pada fase itu individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Ketika itu remaja mengalami perubahan fisik yang sangat mencolok diikuti perkembangan emosional yang tidak stabil seiring dengan munculnya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi tetapi belum diimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat pengetahuan yang memadai. Dorongan rasa ingin tahu pada diri remaja sebenarnya merupakan potensi sangat berharga buat perkembangan kemampuan dan keperibadian individu, tetapi jika tidak diarahkan dengan baik akan dapat menimbulkan beberapa permasalahan yang bisa merugikan dirinya, keluarga maupun masyarakat sebagai perkembangan hasrat yang kurang atau tidak terkendali.
Keterikatan dan keingintahuan terhadap hal hal akan menyebabkan remaja selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan pengalaman baru, yang apabila tidak di kendalikan dengan baik akan mengakibatkan remaja mendapatkan informasi yang tidak benar atau bahkan menyesatkan. Apalagi dengan era globalisasi sekarang ini,arus informasi mengalir deras tanpa terkendali oleh dimensi ruang, akibatnya remaja lebih muda mengases berbagai informasi baik yang positif maupun negative atau tidak sengaja memperoleh informasi yang terkadang kala tidak mendidik. Selain itu merebaknya pergaulan bebas juga berpotensi yang kadang kala tidak mendidik. Selain itu merebaknya pergaulan bebas juga berpotesi besar mempengaruhi remaja melakukan perbuatan yang menyimpang baik yang disadari atau sekedar mengikuti pergaulan kelompok sebya. Yang demikian itu di sebabkan minimnya pengetahuan dan masi labilnya keperibadian yang membuat remaja mudah terpengaruh mengikuti pergaulan yang tidak sehat. (JANUARIO,2007).








Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang diangkat sebagai objek masalah yang perlu diketahui:
Apakah pengetahuan, sikap dan tata nilai memberikan pengaruh pada perilaku seksual siswa menengah umum di Bulukumpa.
Apakah ada penyimpangan perilaku seksual pada siswa sekolah menengah umum di Bulukumpa.
Batasan Masalah
Dengan terbatasnya waktu. Tenaga dan fasilitas serta dana maka kami membatasi cakupan penelitian kami hanya tentang pengaruh pengetahuan , sikap dan tata nilai terhadap perilaku seksual siswa sekolah menengah umum hanya di Bulukumpa.

Tujuan Penelitain
Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan,sikap dan tata nilai terhadap perilaku seksual di kalangan siswa sekolah menengah umum hanya di Bulukumpa.


Tujuan khusus
Umtuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku seksual siswa SMU.
Untuk mengetahui hubungan antara sikap yang dimiliki siswa dengan perilaku seksual.
Untuk mengetahui hubungan antara tata nilai yang dianut siswa dengan perilaku seksual.
Mengetahui persepsi siswa terhadap prilaku seksual menyimpang.
Manfaat Penelitian
Sebagai sumber penambah informasi dan masukan bagi smua pihak pemerhati masalah ini.
Sebagai penambah acuan informasi bagi penelitian selanjutnya.
Sebagai wadah latihan dan penerapan ilmu bagi peneliti.
Sebagai contributor dalam memperkaya khasanah dalam bidang prilaku khususnya perilaku seksual.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum
Manusia dalam proses melestarikan spesiesnya telah di lengkapi dengan apa yang disebut dengan nurani berkembang biak (vita seksualis dan seksualis instinct). Dalam nurani inilah timbul apa ayng disebut dorongan atau keinginan untuk bersetubuh atau coitus yang disebut juga libido seksual,nafsu birahi,nafsu syahwat.
Istilah seks dan seksualitas merupakan arti yang jauh lebih luas dari pada istilah coitus dalam arti kata yang sempit (bersatunya tubuh anatara wanita dan pria ). Seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan laki-laki dan perempuan secara biologis. Seksualitas,reaksi dan tingkat seksual di dasari dan dikuasai oleh nilai nilai kehidupan manusia yang lebih tinggi. Jadi pada manusia, seksualitas dapat di pandang sebagai pencetusan dari hubungan antara individu dimana daya tark rohaniah dan batiniah (psikofisik) menjadi dasar kehidupan bersama antara dua insan manusia.
Seksualitas menyangkut beberapa hal antara lain dimensi biologis ,yaitu berkaitan dengan organ reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan : dimensi psikologis, seksualitas berkaitan dengan peran jenis,peran jenis perasaan terhadap seksualitas berkaitan dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antar manusia serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks : dan dimensi cultural : menunjukan bhwa perilaku seks itu merupakan bagian dari budaya yang ada di masyarakat. Dengan demikain dalam ubungan seksual tidak hanya alat kelamin yang memegang peranan penting melainkan psikis dan emosi.
Karena begitu kompleksnya masalah seksualitas ditinjau dari komponene-komponen yang saling berpengaruh didalamnya maka bidang ilmu yang mempelajari yaitu seksiologi tidak hanya melihatnya sebatas pandangan biologis saja tetapi mencakup berbagai hal yang lain yang bersifat multidisipliner.
Siapa itu remaja ?
remaja adalah istilah yang digunakan untuk mengambarkan individu yang berada diantara masa anak-anak dengan dewasa. Batasan remaja yang ada selama ini bervariasi dan selalu mencakup pada usia kronologis.pada tahun 1970-an, organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan bahwa batas usia remaja 10-19 tahun, tetapi pada tahun 1980-an batasan ini kemudian bergeser menjadi 10-24 tahun karena situasi yang berbeda. Sedangkan menurut badan coordinator pelaksana inpres no 6 tauhn 1971 menetapkan remaja yang berusia diatas 12 tahun dan dibawah 18 tahun serta belum menikah. Sensus penduduk 1980 di indnesia membatasi kriteria remaja yang mendekati ketentuan PBB yaitu 14-24 tahun . pandangan umum di Indonesia tentang remaja adalah individu yang berusia 11-24 tahun.
Mengapa remaja memiliki kekhususan ?
Remaja adalah golongan yang cukup banyak terdapat dalam susunan penduduk Indonesia dimana separuh dari jumlah 6,1 milyar penduduk dunia berusia dibawah 25 tahun : lebih dari 1 milyar penduduk berusia antara 10-19 tahun. Di Indonesia sendiri pada saat ini, jumlah remaja adalah sekitar 42 juta jiwa. Dengan demikian remaja merupakan kelompok umur terbesar dari strktur penduduk Indonesia. Sehingga remaja perlu mendapatkan perhatian yang cukup dari pemerintah,masyarakat dan keluarga.
Remaja mempunyai kedudukan yang unik karena dalam ilmu kedokteran di golongkan ke dalam usia peralihan (pubritas) dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Peralihan bukan saja fisik dan mental tapi juga perubahan minat dan prilaku serta perubahan berangsur angsur pada system reproduksinya menjadi matang dan berfungsi seperti orang dewasa, pada masa remaja seseorang mengalami perubahan fisik yang lebih cepat di bandingkan dengan masa-masa sebelumnya.Perubahan tersebut bisa di lihat dari luar maupun tidak tampak.Remaja juga mengalami perubahan emosional yang kemudian tercermin dalam sikap dan prilaku.Perkembangan kepribadian pada masa ini dipengaruhi tidak hanya oleh orang tua dan lingkungan,tetapi juga lingkungan sekolah atau juga teman-teman pergaulan di luar sekolah.
Perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa atau yang dikenal dengan istilah Pubertas ditandai dengan timbulnya ciri-ciri individu dewasa , dimana ditandai dengan istilah pubertas menstruasi (menarche) pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Perkembangan fisik ini tampak sekali terutama pada organ seksual dimana secara biologik telah sampai pada taraf kesiapan untuk melanjutkan keturunan. Pada masa ini ciri-ciri individu dewasa mulai timbul,mulai tampak perubahan -perubahan dari luar ,yang disebut sebagai ciri seksual sekunder.
Disamping mengalami pertumbuhan fisik ,pada usia remaja juga akan terjadi perkembangan psikologis. Adapun factor perkembangan psikologis tersebut di bagi dalam beberapa bagian antara lain:
Perkembangan intelektual, dimana remaja mulai menemukan bagaimana derajat penanggapan/tanggapan terhadap lingkungan.
Perkembangan emosional, dimana sikap dan keadaan emosional menetap.
Perkembangan moral, dimana merupakan tahapan kritis yang dilalui demi moralitas dewasa yaitu mengenai tata cara yang harus diterima.

Sampai sekarang masyarakat masih cenderung memberikan penilaian negaif tentang remaja. Masyarakat memandang remaja sebagai orang yang emosinya tidak stabil , tidak bertanggung jawab ,mudah dihasut , suka tawuran ,suka mencoba coba, belum mandiri, suka berprilaku “aneh” dan suka memberikan perhatian. Sebagai individu yang sedang mengalami banyak perubahan alami secara fisikologis maupun psikologis dalam menghadapi penilaian negative dari masyarakat, remaja membutuhkan seseorang yang mampu menerima,memahami,mengerti dan mengdukung dirinya sehingga remaja dapat terhidar dari prilaku negatif yang merugikan remaja sendiri dan lingkungannya.

Tinjaun khusus tentang pengetahuan seksual
Perlunya pendidikan seks sejak dini dilatarbelakangi karena adanya masalah yang mendominasi kehidupan masyarakat. Masalah ini terkait dengan penyimpangan seksual yang didukung oleh perkembangan globalisasi dibidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, dan politik. Bentuk penyimpangan tersebut seperti prostitusi, homoseksual, lesbian, berimajinasi seks dengan alat-alat yang diserupakan sebagai alat lawan jenis, melakukan kekerasan dengan lawan jenis untuk mendorong hasrat seks. Perilaku penyimpangan seperti ini sering ditemukan dibeberapa rumah pribadi, hotel, kost-kostan, dan tempat lokalisasi (Rasyid, 2007).
Usia remaja proporsinya yang cukup besar dari total jumlah penduduk nasional. Di Indonesia jumlah remaja yang berusia antara 10-12 tahun sangat besar yaitu kurang dari 44 juta jiwa orang. Jumlah tersebut meliputi hampir 25% dari total 220 juta penduduk Indonesia (BKKBN, 2004), Sedangkan jumlah remaja dijawa tengah yaitu sekitar 27% dari 30.177.730 jumlah penduduk (profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah).
Masa sulit remaja terpandang sebagai masa yang paling sulik dibandingkan dengan masa masa lainya.dalam masa ini lebih banyak penyesuaian yang harus dilakukan remaja dalam menghadapi perubahan yang dialaminya serta tuntutan dari keluarga dan masyarakat. Masalah prilaku seks dan pacaran menjadi peringkat terbesar yang cenderung meningkat dari tahun ketahun. Masalah tersebut antara lain : bagaimana remaja menolak hubungan seksual ,pilihan prilaku seksual (pegangan tangan,ciuman ,saling menggesekkan alat kelamin atau petting, hubungan seksual ,mininya informasi tetang seksualitas (terjadi kehamilan bisa dihindari dengan melakukan petting ,atau minum soft drink setelah berhubungan seks, hubungan seks yang hanya di lakukan satu kali akan mengakibatkan kehamilan dan lain-lain). Kehamilan yang diinginkan aborsi,AIDS, kebingungan atas orientasi seksual dan kekerasan dalam pacaran.
Kesehatan reproduksi dan pentingnya bagi remaja
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah “suatu keadaan sehat fisik ,mental dan social dalam segala hal yang berhubungan dengan system reproduksi pada seluruh tahapan kehidupan “ hal ini berarti mencakup:
Kemampuan reproduksi
Berhasil mempunyai anak yang sehat , dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa.
Aman menjalankan proses reproduksi termasuk melakukan hubungan seksual .hamil,melahirkan,memiliki jumlah anak dan menetapkan pemakaian KB.
Kenyataan kehidupan reproduksi remaja saat ini adalah dimana sebagian besar remaja usia belasan tahun dimanapun aktif secara seksual. Antara setengah sampai 2/3 remaja putri Amerika latin aktif secara seksual, juga ¾ atu lebih yang berada di Negara Negara industry maju.
Di beberapa Negara , harapan bahwa wanita akan menikah dan mempunyai anak pada usia yang masih sangat muda merupakan penyebab mereka melakukan hubungan seksual.sehingga sangat memudahkan mereka terjangkit penyakit menular (PMS) dan kehamilan yang tidak di inginkan.
Berdasarkan kesepakatan internasional di kairo ( The Cairo Consensus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditanda tangani oleh 184 negara termasuk Indonesia. Diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsensus tersebut di tekankan tentang perlunya upaya mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif termasuk bagi para remaja.
Bagi remaja, hak reproduksi dalam kesehatan reproduksi yang harus dipahami adalah:
Akses untuk memperoleh pelayanan di bidang kesehatan reproduksi.
Hak untuk memperoleh pendidikan seksual tanpa ada diskriminasi gender.
Instrumen hak asasi internasional menyatakan bahwa pernikahan hanya dapat di laksanakan tanpa dasar paksaan diantara dua orang yang benar-benar mengingingkannya.
Kelahiran dan kontrasepsi.
Hak untuk terhindar dari resiko kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman.
Infeksi menular seksual.
Kekerasan seksual.

Tinjaun khusus tentang sikap perilaku seksual
Tujuan yang jelas dari isi konsensus/kesepakatan ini adalah untuk mendorong suatu “tingkah laku seksual dan reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab, termasukmengedalikan diri secara sadar “ diantara kaum remaja dan untuk mengurangi angka kehamilan pada masa muda (remaja).

Apa saja bentuk perilaku seks itu?
Perilaku seksual adalah segalah bentuk aktivitas yang muncul berkaitan dengan dorongan seks, dengan atau tanpa melibatkan orang (pasangan). Perilaku seks yang muncul dengan melibatkan pasangan misalnya berpegangan tangan,berpelukan,berciuman,pentting (saling menggesekan alat kelamin), dan hubungan seks, perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan dengan cara meransang diri sendiri (onani) perilaku seks sesamam jenis (Pedofilia) perilaku seks dengan mencari ransangan dan pemuas seks dengan memakai benda benda kepunyaan seks lain seperti rambut ,pakaian dalam, sepatu dll. (fetishisme), prilaku seks dengan cara menyakiti pasangan seks untuk mendapatkan kepuasan (sadisme).
Perilaku seksual tidak terjadi dengan sendirinya tetapi didorong atau dimotifasi oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati secara langsung.
Dasar Pemikiran Penelitian
Masa remaja adalah masa yang penuh dengan pergolakan karena pada masa tersebut terdapat perubahan yang cukup besar dari mereka. Kehidupan remaja seolah-olah di kuasai oleh rasa ingin mencoba dan keraguan serta rasa ingin tahu.siswa SMU ssdi kuasai oleh rasa ingin memcoba dan keraguan serta rasa ingin tahu . siswa SMU sendiri merupakan golongan usia remaja yang rentan terhadapa arus modernisasi sehingga bisa saja terbentuk suatu konsep yang keliru mengenai seksualitas pada remaja. Oleh karena itu diharapkan bagaimana mereka bersikap dan bertindak sehingga tidak mengikuti hal-hal yang negatif . secara singkat dapat di katakana bahwa prilaku seksual adalah cermin dari tingkat pemahaman terhadap proses penyaluhan insting, mengkompromikan dengan penilai lingkungan dan masyarakat yang mempunyai tata nilai .moral hokum dan agama. Oleh karena itu semua komponen yang membentuk prilaku seksual ini berusaha di rangkum seoptimal mungkin sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh peneliti.

Kerangka Konsep






Variable independen …………. : Pengetahuan, Sikap, dan Tata nilai
Variable dependen ………..…. : Perilaku seksual
Beberapa Definisi Operasional
Prilaku seksual : semua karakteristik yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan seksual baik secara fisik maupun psikis yang diteliti dalam penelitian ini.
Kriteria objektif:
Menyimpang : bila mengisi salah satu dari jawaban kuisioner yaitu seks pranikah,homoseksual,onani,pedofilia,fetihisme,sadism
Tidak menyimpang : bila tidak mengisi salah satu dari jawaban kuisioner yang menyimpang

Siswa adalah murid sekolah menengah umum yang berjenis kelamin laki-laki yang pada saat penelitian ini di lakukan terdaftar sebagai siswa di sekolah menengah umum tempat penelitian di lakukan.
Pengetahuan : semua informasi yang diketahui oleh siswa tentang perilaku seksual dan seksualitas.
Kriteria objek :
Baik : bila skor jawaban responden > 66,66 % dari total skor pertanyaan
Kurang : bila skor jawaban responden < 66,66 % dari total skor pertanyaan
Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan responden terhadap pendidikan seks bagi remaja,pornografi,homoseks,ADIS,onani dan hubungan seks pranikah beserta resikonya.
Kreteria objek :
Positif : bila skor jawaban responden >66,66 % dari total skor pertanyaan
Negetif : bila skor jawaban responden <66,66 % dari total skor pertanyaan.
Tata nilai atau perangkat aturan moral, kebiasaan seksual, kemasyarakatan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis biasanya bersifat membatasi kebebasan pemenuhan atau darongan seksual.
Baik : bila skor jawaban responden > 66,66 % dari total skor pertanyaan
Kurang : bila skor jawaban responden < 66,66 % dari total skor pertanyaan
Hipotesis
Hipotesis nol (Ho)
Tidak ada hubungan antara pengetahuan yang kurang dengan perilaku seksual yang menyimpang.
Tidak ada hubungan antara pengetahuan yang kurang dengan perilaku seksual yang tidak menyimpang
Tidak ada hubungan antara sikap positif yang kurang dengan perilaku seksual yang menyimpang.
Tidak ada hubungan antara sikap negatif yang dengan perilaku seksual yang tidak menyimpang
Tidak ada hubungan antara tata nilai positif yang dengan perilaku seksual yang menyimpang
Tidak ada hubungan antara tata nilai negatif yang dengan perilaku seksual yang tidak menyimpang


UJI HIPOTESIS
Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol. Uji statistic yang digunakan adalah uji chi kuadrat dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
X2 = ∑(F0-Fh)
Fh
Keterangan : X2 = chi kuadrat
fO = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang di harapkan.
Dalam penelitian ini kami menggunakan table 2 x 2 dengan derajat kebebasab (dk) = (r-1) (c-1),dimana r (row)= jumlah baris , C (colum) = jumlah kolom dalam hal ini di pakai table dengan dk ( derajat kebebasan ) = 1 dan taraf kesalahan 5 % sehingga chi kuadrat table sama dengan 3,481. Batasan penolakan Ho bila diperoleh X2 hasil ≥ 3,481.





BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan metode cross sectional.

Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah murid yang berjenis kelamin laki-laki beberapa Sekolah Menengah Umum di Bulukumpa yaitu siswa SMU Negeri 1 Tanete Bulukumpa dan SMU Negeri 1 Rilau Ale.SMU yang di pilih oleh peneliti dengan tetap mempertimbangkan adanya perwakilan dari Sekolah negeri.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini dipilih dari tiap kelas pada sekolah masing-masing dengan cara Statified Sampling. Untuk menentukan jumlah sempel digunakan rumus:
Penarikan sampel dengan cara simple random sampling dengan menggunakan rumus berikut:

n=N/(1+N(d^2)) Ket: n= Besar sampel minimum
N= Besar populasi

d= Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi

Cara pengambilan data
data primer
Data primer diperoleh dengan metode kuisioner yang disusun secara sistematik oleh peneliti.

Data sekunder.
Data sekunder diperoleh dari sekolah yang terkait dengan penelitian.

Pengolahan dan penyajian data
Data yang diperoleh dari kuisioner diolah dengan mengunakan scoring secara manual dengan menggunakan kalkulator dan dengan menggunakan program miscrosoft excel 2007. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk table univariabel dan table Bivariat.
Etika Penelitian
Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut,(Hidayat, 2007).
Anonimity (tanpa nama)
Anonimity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu mencamtumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data,(Hidayat, 2007).
Confidentiality (kerahasiaan)
Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian, (Hidayat, 2007).






KUESIONER PENDATAAN PERILAKU SEKSUAL
SISWA MENENGAH UMUM DAN SEDERAJAT
DI KOTA BULUKUMBA

Petunjuk

Isi dan jawablah sebebas-bebasnya dan sejujur-jujurnya pertayaan dibawah ini
Pilih dan lingkarilah jawaban yang benar, jawaban dapat lebih dari satu
Identitas anda dijamin Kerahasiaannya.
Data pribadi
Umur :
Status a. Menikah b. Belum Menikah
Pengetahuan Seksual
Yang di maksud dengan seksualitas adalah:
Cara bersengagama
Pengetahuan tentang alat kelamin pria dan wanita
Pengetahuan tentang kehidupan biologis pria dan wanita serta hal-hal yang mempengaruhinya .
Apakah anda pernah ,mendapatkan penerangan tentang seks?
Belum pernah.
Pernah yaitu melalui :
Teman d. psikolog
Orang tua e. Dokter
Guru sekolah f. lain-lain
Menurut anda onani adalah:
Tindakan yang bertujuan untuk menjaga kesehatan organ reproduksi manusia.
Tindakan yang bertujuan untuk memenuhi hasrat seksual-seksual seseorang dengan meransang alat kelamin sendiri.
Tindakan yang bertujuan untuk memenuhi fantasi seseorang.
Menurut anda Pedofilia adalah
Perilaku seks yang muncul tanpa melibatkan pasangan dengan cara merangsang dairi sendiri
Perilaku seksual sesame laki- laki
Perilaku seks yang memakai anak –anak sebagai objek pemuasan seksual.
Menurut anda homoseksual adalah :
Perilaku seksual yang muncul tanpa melibatkan pasangan dengan cara merangsang diri sendiri
Perilaku seksual sesama jenis kelamin.
Perilaku seks yang memakai anak-anak sebagai objek pemuasan seksual
Menurut anda Sadisma adalah:
Prilaku seksual sesame laki-laki
Prilaku seksual yang memakai anak-anak sebagai objek pemuas seksual
Prilaku dengan cara menyakiti pasangan seks untuk mendapatkan kepuasan
Menurut anda apa yang dimaksud kontrasepsi?
Cara mencegah kehamilan baik dengan mengunakan alat atau obat
Berhubungan erat dengan program KB
Kondom dan pil
Tidak ada yang benar
AIDS adalah:
Sejenis penyakit kencing nanah
Penyakit kutukan
Penyakit kelamin
Kumpulan penyakit yang menyebabkan rusaknya daya tahan tubuh manusia
Cara mencegah penyakit AIDS:
Hubungan seksual dengan pasangan
Menghidari hubungan seksual dengan WTS
Berhubungan seksual dengan memakai kondom
Semua diatas benar


Sikap
Apakah anda pernah atau sering mengakses informasi seks lewat internet,tv,video dan majalah porno:
Pernah
Tidak pernah
Pendidikan seks secara dini , dapat menhindarkan remaja dari prilaku seksual pranikah (free seks)
Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Apakah tanggapan anda tentang melakukan senggama sebelum menikah (seks pranikah)
1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Memuaskan hasrat seksual dengan melakukan onani merupakan tindakan positif karena lebih aman:
1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Apakah anda pernah berpacaran :
Pernah 2. Tidak pernah
Apakah saat ini anda punya pacar
Ya 2. Tidak ada
Tindakan yang paling jauh selama berpacaran ?




Prilaku seks dengan menyakiti pasanagan untuk mendapatkan kepuasan :
1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Remaja boleh melakukan hubungan seksual dengan anak-anak dibawah umur 10 tahun
1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Remaja boleh melakukan hubungan seksual sesame laki-laki:
1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Tata nilai
Apakah anda setuju dengan hubungan seks luar nikah?
1.Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Hubungan seks diluar nikah dilarang oleh agama?
1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Hubungan seks sesama laki-laki dilarang oleh agama?
1. Sangat setuju 2. Setuju 3. Tidak setuju
Prilaku terhadap anak-anak dilarang oleh agama?
Ya 2. Tidak
Perilaku seks dengan menyakiti pasangannya unutk memperoleh kepuasan adalah suatu kelainan seksual:
Ya 2. Tidak
Prilaku seksual
Apakah anda perna melakukan hubungan seksual
Perna b. Tidak pernah
Untuk mendapatkan kepuasan seksual hanya dengan menyakiti pasangan anda ?
Ya b. Tidak
Pernakah anda melakukan onani
Belum pernah
Pernah 1. Pertama kali pada usia ……. Tahun
2. banyaknya ……… kali perminggu
Apakah anda termasuk sorang suka berhubungan seks dangan anak-anak?
Ya 2. Bukan
Apakah anda homoseks?
Ya, mulai usia…………… tahun 2. Bukan
……Terima kasih…….
















DAFTAR PUSTAKA


Cerita Remaja Indonesia .Buku Panduan Konseling Seksualitas Remaja.2001. http:www.bbkbn.co.id. Akses : 12 maret 2010
Departemen Of Health . Seksual Behavior : Informasi For Student. 2005.TakenfromURL:http:www.stdervies.on.net/std/social_aspects/behavior.htm. Akses: juni 2007.
Department of Reproductive Health and Research WHO : The 17 reproductive Health Indicators. 2000 http:www.who.int/reproductive-health/global-monitoring/database.html. Akses: maret 2010
Dhe de . Latar Belakang Prilaku Seks pranikah Pada Remaja.2007. http:www.e-psikologi.com. Akses: maret 2010.
Majalah Gemini . Waspada Seks Bebas Kalangan Remaja . September 2010. Accesed on maret 2010.
Sarwanto,Suhardi A. pengetahuan, Sikap,dan Perilaku Pekerja Remaja terhadap Penyakit Menular Seksual (PMS) serta factor-faktor yangf mempengaruhi terjadinya Hubungan Seksual Pranikah. http:www.kalbefarma.com. Akses: maret 2010.
waspada online, Pentingnya Sex Education Bagi Remaja, Mei 2009. Akses Maret 2010
W.F.Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa . Airlangga Universitas Pres.Surabaya.2007
Portal pendidikan SMUnet.Tak Benar pendidikan Seks Mendorong Berhubungan Seks.Artikel pendidikan seks 25 februari 2010. Take trom http:www.smu-net.co.id. Akses: maret 2010











DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………………………..………………….
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………….
Latar Belakang ……………………………………………………………………….
Rumusan Masalah ………………………………………..………………………….
Tujuan Penelitian ……………………………………..………………………………
Manfaat Penelitian ……………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………….………………………….
Tinjauan Umum tentang Seksualitas………………….……………………..
Dasar Pemikiran Penelitian ……………………………………………
Kerangka Konsep……………………………………………………
Beberapa Definisi Operasional…………………………………….

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………………………
Jenis Penelitian ………………………………………………………………..……
Populasi dan Sampel …………………………………………………………….…
Lokasi dan Waktu Penelitian ………………………………………………………
Cara Pengumpulan Data ……………………………………………………………
Pengolahan dan Penyajian Data …………………………………………………..
Etika Penelitian ……………………………………………………………………...

BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survey analitik dengan metode cross sectional.
Populasi dan Sampel
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah murid yang berjenis kelamin laki-laki beberapa Sekolah Menengah Umum di Bulukumpa yaitu siswa SMU Negeri 1 Tanete Bulukumpa dan SMU Negeri 1 Rilau Ale.SMU yang di pilih oleh peneliti dengan tetap mempertimbangkan adanya perwakilan dari Sekolah negeri.
Sampel
Sampel dalam penelitian ini dipilih dari tiap kelas pada sekolah masing-masing dengan cara Statified Sampling. Untuk menentukan jumlah sempel digunakan rumus:
Penarikan sampel dengan cara simple random sampling dengan menggunakan rumus berikut:


n=N/(1+N(d^2))

Ket: n = Besar sampel minimum
N = Besar populasi
D = Kesalahan (absolut) yang dapat ditoleransi


Cara pengambilan data
Data primer
Data primer diperoleh dengan metode kuisioner yang disusun secara sistematik oleh peneliti.
Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari sekolah yang terkait dengan penelitian.
Waktu dan Lokasi
Waktu : JULI - AGUSTUS
Tempat : SMU Neg. 1 Bulukumpa SMU Neg.1 Rilau Ale.
Pengolahan dan penyajian data
Data yang diperoleh dari kuisioner diolah dengan mengunakan program miscrosoft excel 2007. Data yang dikumpulkan disajikan dalam bentuk table univariabel dan table Bivariat
Etika Penelitian
Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed consent ini merupakan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Pemberian informed consent bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut,(Hidayat, 2007).
Anonimity (tanpa nama)
Anonimity menjelaskan bentuk penulisan kuesioner dengan tidak perlu mencamtumkan nama pada lembar pengumpulan data, hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data,(Hidayat, 2007).
Confidentiality (kerahasiaan)
Menjelaskan masalah-masalah responden yang harus dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan dalam hasil penelitian, (Hidayat, 2007).

A. Kerangka Konsep











Variable independen …………. : Pengetahuan, Sikap, dan Tata nilai
Variable dependen ………..…. : Perilaku seksual
B. Beberapa Definisi Operasional
1. Prilaku seksual : semua karakteristik yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan seksual baik secara fisik maupun psikis yang diteliti dalam penelitian ini.
Kriteria objektif:
a. Menyimpang : bila mengisi salah satu dari jawaban kuisioner yaitu seks pranikah, homoseksual, onani, pedofilia, fetihisme, sadisme.
b. Tidak menyimpang : bila tidak mengisi salah satu dari jawaban kuisioner yang menyimpang.

2. Siswa adalah murid sekolah menengah umum pada saat penelitian ini di lakukan terdaftar sebagai siswa di sekolah menengah umum tempat penelitian dilakukan.
3. Pengetahuan : semua informasi yang diketahui oleh siswa tentang perilaku seksual dan seksualitas.
Kriteria objek :
a. Baik : bila skor jawaban responden ≥ 66,66 % dari total skor pertanyaan
b. Kurang : bila skor jawaban responden ≤66,66 % dari total skor pertanyaan
4. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan responden terhadap pendidikan seks bagi remaja, pornografi, homoseks, AIDS, onani dan hubungan seks pranikah beserta resikonya.
Kreteria objek :
a. Positif : bila skor jawaban responden ≥ 66,66 % dari total skor pertanyaan
b. Negatif : bila skor jawaban responden ≤66,66 % dari total skor pertanyaan.
5. Tata nilai atau perangkat aturan moral, kebiasaan seksual, kemasyarakatan baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis biasanya bersifat membatasi kebebasan pemenuhan atau darongan seksual.
a. Baik : bila skor jawaban responden ≥ 66,66 % dari total skor pertanyaan
b. Kurang : bila skor jawaban responden ≤66,66 % dari total skor pertanyaan
a. Hipotesis
1. Hipotesis nol (Ho)
a) Tidak ada hubungan antara pengetahuan yang kurang dengan perilaku seksual yang menyimpang.
b) Tidak ada hubungan antara pengetahuan yang kurang dengan perilaku seksual yang tidak menyimpang.
c) Tidak ada hubungan antara sikap positif yang kurang dengan perilaku seksual yang menyimpang.
d) Tidak ada hubungan antara sikap negatif yang dengan perilaku seksual yang tidak menyimpang.
e) Tidak ada hubungan antara tata nilai positif yang dengan perilaku seksual yang menyimpang.
f) Tidak ada hubungan antara tata nilai negatif yang dengan perilaku seksual yang tidak menyimpang.


b. UJI HIPOTESIS
Hipotesis yang diuji adalah hipotesis nol. Uji statistic yang digunakan adalah uji chi kuadrat dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
X2 = ∑(F0-Fh)
Fh
Keterangan : X2 = chi kuadrat
fO = frekuensi yang diobservasi
fh = frekuensi yang di harapkan.
Dalam penelitian ini kami menggunakan table 2 x 2 dengan derajat kebebasab (dk) = (r-1) (c-1),dimana r (row)= jumlah baris , C (colum) = jumlah kolom dalam hal ini di pakai table dengan dk ( derajat kebebasan ) = 1 dan taraf kesalahan 5 % sehingga chi kuadrat table sama dengan 3,481. Batasan penolakan Ho bila diperoleh X2 hasil ≥ 3,481.

rumusan masalah


A. ……
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini ada beberapa hal yang diangkat sebagai objek masalah yang perlu diketahui:
a. Apakah pengetahuan memberikan pengaruh pada perilaku seksual siswa menengah umum di Bulukumpa ?
b. Apakah Sikap memberikan pengaruh pada perilaku seksual siswa menengah umum di Bulukumpa ?
c. Apakah Tata-tata Nilai memberikan pengaruh pada perilaku seksual siswa menengah umum di Bulukumpa ?
C. Batasan Masalah
Dengan terbatasnya waktu. Tenaga dan fasilitas serta dana maka kami membatasi cakupan penelitian kami hanya tentang pengaruh pengetahuan , sikap dan tata nilai terhadap perilaku seksual siswa sekolah menengah umum hanya di Bulukumpa.
D. Tujuan Penelitain
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan,sikap dan tata nilai terhadap perilaku seksual di kalangan siswa sekolah menengah umum hanya di Bulukumpa.

2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku seksual siswa SMU.
b. Untuk mengetahui hubungan antara sikap yang dimiliki siswa dengan perilaku seksual.
c. Untuk mengetahui hubungan antara tata nilai yang dianut siswa dengan perilaku seksual.
d. Mengetahui persepsi siswa terhadap prilaku seksual menyimpang.
E. Manfaat Penelitian
a. Sebagai sumber penambah informasi dan masukan bagi smua pihak pemerhati masalah ini.
b. Sebagai penambah acuan informasi bagi penelitian selanjutnya.
c. Sebagai wadah latihan dan penerapan ilmu bagi peneliti.
d. Sebagai contributor dalam memperkaya khasanah dalam bidang prilaku khususnya perilaku seksual.

BAB II proposal


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PERILAKU
Pengertian Perilaku
Dalam sebuah buku yang berjudul “Perilaku Manusia” Drs. Leonard F. Polhaupessy, Psi. menguraikan perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar, seperti orang berjalan, naik sepeda, dan mengendarai motor atau mobil. Untuk aktifitas ini mereka harus berbuat sesuatu, misalnya kaki yang satu harus diletakkan pada kaki yang lain. Jelas, ini sebuah bentuk perilaku. Cerita ini dari satu segi. Jika seseoang duduk diam dengan sebuah buku ditangannya, ia dikatakan sedang berperilaku. Ia sedang membaca. Sekalipun pengamatan dari luar sangat minimal, sebenarnya perilaku ada dibalik tirai tubuh, didalam tubuh manusia.Dalam buku lain diuraikan bahwa perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup)yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh – tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing – masing. Sehingga yang dimaksu perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktifitas manusia darimanusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar (Notoatmodjo 2003 hal 114). Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespon, maka teori skiner disebut teori “S – O - R”atau Stimulus – Organisme – Respon. Skiner membedakan adanya dua proses.
1. Respondent respon atau reflexsive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan – rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebutelecting stimulation karena menimbulkan respon – respon yang relative tetap. Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Respondent respon ini juga mencakup perilaku emosinal misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya ddengan mengadakan pesta, dan sebagainya.
2. Operant respon atau instrumental respon, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Pernagsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respon. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atsannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.
Bentuk Perilaku
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dakam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan / kesadaran, dan sikap yang terjadi belumbisa diamati secara jelas oleh orang lain.
• Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice).
Domain Perilaku
Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus (rangsangan dari luar). Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda dari setiap orang. Faktor – factor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
• Faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.
• Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, fisik, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi factor yang dominanyang mewarnai perilaku seseorang. (Notoatmodjo, 2007 hal 139)
Proses Tejadinya Perilaku
Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni.
1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui setimulus (objek) terlebih dahulu
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus
3. Evaluation (menimbang – nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya).Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus
Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetanhuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting). Notoatmodjo, 2003 hal 122)
B. PENGETAHUAN
Pengetahuan (know ledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pernyataan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu : penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo, 2003).
1. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Yaitu kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk diantaranya adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehention)
Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
c. Menerapkan (application)
Yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Yaitu kemampuan untuk menyebarkan materi suatu obyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu sturuktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesa (synthesis)
Yaitu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian menggunakan criteria-kriteria yang telah ada, misalnya dapat membandingkan, menanggapi pendapat dan menafsirkan sebab-sebab suatu kejadian (Notoatmodjo, 2003).

C. SIKAP
1. Pengertian Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap itu merupakan kesiapan atau kesedian untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu (Notoatmodjo, 2007).
2. Komponen Sikap
Ada tiga komponen yang secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :
a. Kognitif (cognitive)
Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang megenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective)
Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c. Konatif (conative)
Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo, 1997).
3. Tingkatan Sikap
Berbagai tingkatan dalam pembentukan sikap yaitu :
a. Menerima (receiving)
Pada tingkat ini, seseorang sadar akan kehadiran sesuatu (orang niali perbedaan) dan orang tersebut akan menjelaskan sikap seperti mendengarkan, menghindari atau menerima keadaan tersebut.
b. Merespon (responding)
Yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau menjelaskan tugas yang diberikan sebagai sikapnya terhaday hal tertentu.
c. Menghargai (valuing)
Yaitu sikap untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
d. Bertanggung Jawab
Yaitu rasa tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoatmodjo, 2007).




D. TATA NILAI
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :

1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kitauntuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yangpelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
E. REMAJA
Remaja dalam ilmu psikologis juga diperkenalkan dengan istilah lain, seperti puberteit, adolescence, dan youth. Dalam bahasa Indonesia sering pula dikaitkan pubertas atau remaja. Remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun. Masa remaja terdiri dari masa remaja awal usia 12-15 tahun, masa remaja pertengahan usia 15-18 tahun, dan masa remaja akhir usia 18-21 tahun (Monks, et al. 2002). Masa remaja disebut juga sebagai periode perubahan, tingkat perubahan dalam sikap, dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan perubahan fisik (Hurlock, 2004).
Ciri-ciri masa remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelum dan sesudahnya. Gunarsa (2001) menyatakan ciri–ciri tertentu yaitu:
a) Masa remaja sebagai periode yang penting.
b) Masa remaja sebagai periode peralihan.
c) Masa remaja sebagai periode perubahan.
d) Masa remaja sebagai periode bermasalah.
e) Masa remaja sebagai masa mencari identitas.
f) Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan.
g) Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.
Gunarsa (2001) menyebutkan bahwa masa remaja sebagai masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa, meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Semua aspek perkembangan dalam masa remaja secara global berlangsung antara umur 12–21 tahun, dengan pembagian usia 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, 18- 21 tahun adalah masa remaja akhi (Monks, et al. 2002).
Tahap perkembangan remaja
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap yaitu :
a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:
a) Lebih dekat dengan teman sebaya
b) Ingin bebas
c) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain
a) Mencari identitas diri
b) Timbulnya keinginan untuk kencan
c) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
d) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
e) Berkhayal tentang aktifitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain
a) Pengungkapan identitas diri
b) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
c) Mempunyai citra jasmani dirinya
d) Dapat mewujudkan rasa cinta
e) Mampu berpikir abstrak
Perkembangan fisik
Pada masa remaja, pertumbuhan fisik berlangsung sangat pesat. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kedua hal tersebut
a. Ciri-ciri seks primer
Dalam modul kesehatan reproduksi remaja (Depkes, 2002) disebutkan bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja adalah:
1) Remaja laki-laki
Remaja laki-laki sudah bisa melakukan fungsi reproduksi bila telah mengalami mimpi basah. Mimpi basah biasanya terjadi pada remaja laki-laki usia antara 10-15 tahun.
2) Remaja perempuan
Jika remaja perempuan sudah mengalami menarche (menstruasi), menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat 10 kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim yang banyak mengandung darah.
b. Ciri-ciri seks sekunder
Menurut Sarwono (2003), Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja adalah sebagai berikut :
1) Remaja laki-laki
a) Bahu melebar, pinggul menyempit
b) Petumbuhan rambut disekitar alat kelamin, ketiak, dada, tangan, dan kaki
c) Kulit menjadi lebih kasar dan tebal
d) Produksi keringat menjadi lebih banyak
2) Remaja perempuan
a) Pinggul lebar, bulat, dan membesar, puting susu membesar dan menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.
b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, lubang pori- pori bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif.
c) Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai.
d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
Karakteristik remaja
Menurut Makmun (2003) karakteristik perilaku dan pribadi pada masa remaja terbagi ke dalam dua kelompok yaitu remaja awal (11-13 dan14-15 tahun) dan remaja akhir (14-16 dan 18-20 tahun) meliputi aspek:
1) Fisik, laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, proporsi ukuran tinggi, berat badan seringkali kurang seimbang dan munculnya ciri-ciri sekunder.
2) Psikomotor, gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan serta aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.
3) Bahasa, berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing, menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
4) Sosial, keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer, serta adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi.
5) Perilaku kognitif
1) Proses berfikir sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi, komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas.
2) Kecakapan dasar intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat.
3) Kecakapan dasar khusus (bakat) mulai menujukkan xkecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.
6) Moralitas
a. Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan kebutuhan dan bantuan dari orang tua.
b. Sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah- kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
c. Mengidentifikasi dengan tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya.
7) Perilaku Keagamaan
a) Mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan skeptis.
b) Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
c) Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya.
8) Konatif, emosi, afektif, dan kepribadian
a. Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi diri) menunjukkan arah kecenderungannya.
b. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih berganti.
c. Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi krisis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannnya.
d. Kecenderungan kecenderungan arah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-coba.

F. PERILAKU SEKSUAL
Drever (dalam Jersild, 1978), menyatakan seks suatu perbedaan yang mendasar berhubungan dengan reproduksi, dalam satu jenis yang mambagi jenis ini menjadi dua bagian yaitu jantan dan betina yang mana sesuai dengan sperma (jantan) dan sel telur (betina) yang diproduksi. Schuster dan Ashburn (1980) menyatakan bahwa pengertian yang mendekati adalah berkaitan dengan konsep seksualitas yang melibatkan karakteristik dan perilaku merupakan perilaku seksual dengan kecenderungan pada interaksi heteroseksual. Seksualitas melibatkan secara total dari sikap-sikap, nilai-nilai, tujuan-tujuan dan perilaku individu yang didasari atau ditentukan persepsi jenis kelaminnya. Hal ini menunjukkan bahwa konsep seksualitas seseorang atau individu dipengaruhi oleh banyak aspek dalam kehidupan, termasuk didalamnya prioritas, aspirasi, pilihan kontak sosial, hubungan interpersonal, self evaluation, ekspresi emosi, perasaan, karir dan persahabatan.
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis.
Menurut Johan (1993), ada beberapa tipe hubungan seksual yang dapat terjadi antara dua orang yang bersahabat yaitu :
1. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang pria dengan pria lain (homoseksual);
2. Tipe hubungan seks yang dapat terjadi antara seorang wanita dengan wanita lain (lesbian);
3. Tipe hubungan seks seorang pria dengan seorang wanita.
Menurut Reuben (Wirawan, 1981) seks mempunyai fungsi :
1. Seks untuk tujuan reproduksi, yaitu untuk memperoleh keturunan, oleh kerena itu sebagian orang beranggapan bahwa seks adalah sesuatu yang suci, sesuatu yang tabu dan tidak patut dibicarakan secara terbuka;
2. Seks untuk pernyataan cinta, yaitu seks yang dilakukan berlandaskan cinta dan didukung oleh ikatan cinta;
3. Seks untuk kesenangan yaitu hubungan seks dengan menghayati hubungan yang lama dan mampu mengalami kenikmatan tanpa merugikan salah satu pihak.
Hubungan seksual adalah suatu keadaan fisiologik yang menimbulkan kepuasan fisik, dimana keadaan ini merupakan respon dari bentuk perilaku seksual yang berupa ciuman, pelukan, dan percumbuan (Jersild, 1978). Miller (1990) berpendapat bahwa terdapat empat tingkatan hubungan fisik dalam bercumbuan, dimana hal ini merupakan rencana alamiah untuk meningkatkan gairah seksual bagi persiapan hubungan seksual yaitu : berpegangan tangan, saling memeluk (tangan di luar baju), berciuman, saling membelai atau meraba (dengan tangan di dalam baju yang lain). Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis, bentuk tingkah laku ini bermacam-macam mulai dari perasaan tertarik sampai tingkah laku kencan, bercumbu dan bersenggama. Objek seksualnya bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan, atau diri sendiri (Wirawan, 2009).

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia di segala aspek kehidupan sangat berpengaruh pada tata nilai masyarakat, proses interaksi yang terjadi di antara individu, orientasi dan tujuan hidup manusia yang kesemuanya akan mempengaruhi pola prilaku masyarakat tingkat individu dan selanjutnya akan memberi warna pada pola perilaku masyarakat secara keseluruhan. Ada kesan yang kuat bahwa pola perilaku manusia sangat terkait dengan dimensi waku, tempat, budaya, agama dan juga ideology yang di anut manusia. Oleh karena itu apabila ada perubahan yang terjadi pada beberapa dimensi yang tersebut diatas maka pola perilaku manusia akan berubah (JANUARIO,2007)
Pola perilaku seksual sebagai salah satu komponen dari pola perilaku manusia secara keseluruhan merupakan salah satu contoh yang terbaik yang dapat membuktikan adanya proses perubahan yang akan berlangsung manusia yang bisa dikaitkan dengan perubahan kemajuan khususnya dalam bidang sains dan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat tinggi oleh manusia. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat tinggi ini, interaksi antara manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dipermudah dengan kemajuan teknologi. Manusia dengan latar belakang ras, warna kulit budaya dan agama yang berbeda dapat berinteraksi satu sama lain tentunya membawa pengaruh besar terhadap pola perilaku suatu komunikasi, pengaruh yang dimaksud tentunya bisa bersifat positif maupun negatif namun penilaian ini tentunya tergantung pada tolak ukur penilaian atau sudut pandang yang di pakai. Karena ada kemungkinan suatu hal yang dianggap positif oleh suatu komunikasi dianggap positif oleh suatu komunitas dapat dianggap negative oleh komunikasi lain, demikian pula sebaliknya.(JANUARIO,2007).
Seks sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bukan hanya terbatas pada kegiatan biologis semata namun lebih dari pada itu juga merupakan suatu refleksi dari suatu kegiatan psikis, yang dengan faskto-faktor tertentu seperti pengetahuan, tingkat social kemasyarakatkan dan tata nilai atau hukum akan membentuk pola perilaku seksual di tingkat individu ataupun masyarakat. Oleh karena itu wajar jika pola perilaku seksual suatu komunitas dapat sangat berbeda dengan komunitas yang lain bahkan dalam suatu komunitas dapat di jumpai adanya perbedaan-perbedaan perilaku seksual tergantung dari kriteria-kriteria yang kita pakai dalam mengelompokkan manusia dalam unit-unit komunitas yang di maksud. (JANUARIO,2007).
Di seluruh dunia para remaja baik laki laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah kesehatan seksual, dan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi penyakit menular seksual, dan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi penyakit menular seksual dan masalah kesehatan lainnya.
Menurut WHO setelah dari infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada orang muda yang berusia dibawah 25 tahun JENEWA (SI) – Badan Kesehatan Dunia(WHO) dan Program Penanganan HIV-AIDS PBB (UNAID) melaporkan, jumlah penderita yang terinfeksi HIV-AIDS di dunia menurun hingga 17% dalam kurun 8 tahun terakhir. direktur eksekutif UNAID Michel Sidibe. WHO melaporkan bahwa sebanyak 2,7 juta penduduk dunia terinfeksi virus HIV-AIDS pada 2008. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan jumlah penderita HIV-AIDS pada 2001 yang mencapai 3,3 juta jiwa. Sidibe memaparkan, penurunan angka penularan HIV-AIDS yang terbesar dipegang Asia Timur. Delapan tahun terakhir,angka penderita HIV-AIDS di Asia Timur menurun hingga 25%. Bagaimana dengan kawasan Asia yang lain? UNAID melaporkan, sejak 2001 lalu jumlah penderita HIV-AIDS di Asia Selatan dan Asia Tenggara berkurang sebanyak 10%.
Di seberang samudra, tepatnya di Benua Afrika, kemunduran jumlah penderita HIV-AIDS juga cukup melegakan. Selama ini, kawasan Gurun Sahara dikenal sebagai daerah dengan jumlah penularan HIV-AIDS terbesar di dunia. Dari keseluruhan jumlah penderita HIV-AIDS di seluruh dunia, sebanyak 67% penderita berasal dari dataran rendah Sahara. Kini, UNAID bisa bernafas lega, karena jumlah penduduk dataran rendah Sahara yang terinfeksi HIV-AIDS merosot sebanyak 15%. Bagi Sidibe, penurunan jumlah penderita AIDS di seluruh dunia selama 8 tahun terakhir merupakan pertanda baik. Namun demikian,Sidibe mengakui bahwa pihaknya harus bekerja lebih keras lagi agar semakin banyak nyawa yang terselamatkan dari penyakit mematikan ini.
JAKARTA (SI) – Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan laju epidemi HIV tercepat di Asia. Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, menurut WHO, wilayah Asia-Pasifik memikul beban terberat kedua setelah Afrika,dengan perkiraan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebesar 4,9 juta dan 95% di antaranya berada di 9 negara Asia,yaitu Kamboja,China, India, Indonesia,Myanmar, Nepal, Papua New Guinea (PNG), Thailand, dan Vietnam. “Laju epidemi HIV di Indonesia saat ini dinyatakan sebagai the fastest growing epidemic in Asia oleh WHO dan UNAIDS,” ungkap Endang saat menghadiri acara Penggalangan Dana ”Wine, Dine, and Charity Auction” Yayasan AIDS Indonesia di Jakarta kemarin.
28 Orang Menderita HIV di Bulukumba Jumlah penderita HIV/Aids di Kabupaten Bulukumba saat ini tercatat sebanyak 28 orang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat, enam di antaranya dilaporkan telah meninggal dunia.Menurut Kadiskes Bulukumba dr Rusni Sufran MKes, penyakit berbahaya itu menjangkiti penderita yang sering memakai narkoba jenis jarum suntik. Mereka pada umumnya adalah wanita yang bekerja di kawasan wisata pantai bira.
2008, Penderita HIV Bertambah Enam Orang Pengidap HIV/Aids di Kabupaten Bulukumba bertambah enam orang sepanjang Januari-Februari 2008. Empat orang tertular karena menggunakan narkoba suntik dan dua orang disebabkan hubungan seks bebas. Total pengidap HIV/Aids yang terdeteksi oleh tim Voluntry Conseling Test (VCT) RSUD Andi Sultan Daeng Radja, Bulukumba, dalam dua tahun terakhir ini sebanyak 32 orang. Dari jumlah itu, enam orang sudah meninggal. Sedangkan 24 penderita lainnya masih menjalani terapi pengobatan.
Hasil sebuah study mengatakan lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun hidup di Negara berkembang, dan rata-rata pernah mengalami hubungan seksual pertama kali dibawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di Negara berkembang adalah kehamilan yang tidak dikehendaki, dan 15 juta remaja pernah melahirkan . bahkan menurut para ahli di perkirakan setiap tahun terjadi 700-800 kasus aborsi di kalangan remaja. (BBKBN).
Ada kesan yang muncul bahwa akhir-akhir ini pola perilaku seksual pada remaja secara umum dan siswa menengah umum menuju ke pola terbuka sehingga dapat di katakan terjadinya suatu desakralisasi terhadap seks. Merupakan suatu kenyataan umum bahwa berbagai hal yang di anggap tabu pada masa sekarang. Dan kadang hal tersebut memang jika ditinjau dari segi tata nilai masyarakat, budaya dan agama merupakan suatu hal yang lazim dan biasanya pada masa sekarang. Dan kadang hal tersebut memang jika ditinjau dari segi tata nilai masyarakat, budaya dan agama merupakan suatu hal yang melanggar peraturan. Fenomena-fenomena seperti seks bebas, kehamilan diluar nikah aborsi dan pemerkosaan di kalangan remaja diatas terkesan semakin sering dijumpai sekarang. Ini tentunya butuh penanganan sesegera mungkin dari segala pihak yang terkait agar resiko yang besar dapat dihindari. tentunya hal ini membutuhkan pemahaman masalah (knowing the nature of problem) agar kita menemukan formulasi penanganan praktis yang tepat terhadap masalah ini. (JANUARIO,2007).
Usia remaja proporsinya yang cukup besar dari total jumlah penduduk nasional. Di Indonesia jumlah remaja yang berusia antara 10-12 tahun sangat besar yaitu kurang dari 44 juta jiwa orang. Jumlah tersebut meliputi hampir 25% dari total 220 juta penduduk Indonesia Sedangkan jumlah remaja dijawa tengah yaitu sekitar 27% dari 30.177.730 jumlah penduduk (profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah). (BKKBN, 2004)
Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 yang dilakukan oleh BPS menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 42,3 persen. (SKRRI 2002).
Berdasarkan laporan hasil studi yang dilakukan oleh pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli 2006 tentang perilaku seksual mahasisiwa diketahui bahwa mereka melakukan aktivitas berpacaran dengan mengobrol (100%), berpegangan tangan (80%), mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir (51%), mencium leher (28%), meraba dada / alat kelamin (petting) (22%), dan melakukan hubungan seksual (intercourse) (6,2%), (PILAR PKBI, 2006 ).
Berangkat dari pertimbangan diatas, kami mencoba mendesain penelitian tentang pola prilaku seksual pada salah satu komunitas masyarakat yaitu siswa sekolah menegah umum di Bulukumba. Seperti diketahui, masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan seseorang sebab pada fase itu individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Ketika itu remaja mengalami perubahan fisik yang sangat mencolok diikuti perkembangan emosional yang tidak stabil seiring dengan munculnya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi tetapi belum diimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat pengetahuan yang memadai. Dorongan rasa ingin tahu pada diri remaja sebenarnya merupakan potensi sangat berharga buat perkembangan kemampuan dan keperibadian individu, tetapi jika tidak diarahkan dengan baik akan dapat menimbulkan beberapa permasalahan yang bisa merugikan dirinya, keluarga maupun masyarakat sebagai perkembangan hasrat yang kurang atau tidak terkendali.
Keterikatan dan keingintahuan terhadap hal-hal akan menyebabkan remaja selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan pengalaman baru, yang apabila tidak di kendalikan dengan baik akan mengakibatkan remaja mendapatkan informasi yang tidak benar atau bahkan menyesatkan. Apalagi dengan era globalisasi sekarang ini, arus informasi mengalir deras tanpa terkendali oleh dimensi ruang, akibatnya remaja lebih muda mengases berbagai informasi baik yang positif maupun negative atau tidak sengaja memperoleh informasi yang terkadang kala tidak mendidik. Selain itu merebaknya pergaulan bebas juga berpotensi yang kadang kala tidak mendidik. Selain itu merebaknya pergaulan bebas juga berpotesi besar mempengaruhi remaja melakukan perbuatan yang menyimpang baik yang disadari atau sekedar mengikuti pergaulan kelompok sebaya. Yang demikian itu di sebabkan minimnya pengetahuan dan masih labilnya keperibadian yang membuat remaja mudah terpengaruh mengikuti pergaulan yang tidak sehat. (JANUARIO,2007).