Senin, 28 Juni 2010


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi yang dicapai oleh manusia di segala aspek kehidupan sangat berpengaruh pada tata nilai masyarakat, proses interaksi yang terjadi di antara individu, orientasi dan tujuan hidup manusia yang kesemuanya akan mempengaruhi pola prilaku masyarakat tingkat individu dan selanjutnya akan memberi warna pada pola perilaku masyarakat secara keseluruhan. Ada kesan yang kuat bahwa pola perilaku manusia sangat terkait dengan dimensi waku, tempat, budaya, agama dan juga ideology yang di anut manusia. Oleh karena itu apabila ada perubahan yang terjadi pada beberapa dimensi yang tersebut diatas maka pola perilaku manusia akan berubah (JANUARIO,2007)
Pola perilaku seksual sebagai salah satu komponen dari pola perilaku manusia secara keseluruhan merupakan salah satu contoh yang terbaik yang dapat membuktikan adanya proses perubahan yang akan berlangsung manusia yang bisa dikaitkan dengan perubahan kemajuan khususnya dalam bidang sains dan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat tinggi oleh manusia. Dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat tinggi ini, interaksi antara manusia baik secara langsung maupun tidak langsung dipermudah dengan kemajuan teknologi. Manusia dengan latar belakang ras, warna kulit budaya dan agama yang berbeda dapat berinteraksi satu sama lain tentunya membawa pengaruh besar terhadap pola perilaku suatu komunikasi, pengaruh yang dimaksud tentunya bisa bersifat positif maupun negatif namun penilaian ini tentunya tergantung pada tolak ukur penilaian atau sudut pandang yang di pakai. Karena ada kemungkinan suatu hal yang dianggap positif oleh suatu komunikasi dianggap positif oleh suatu komunitas dapat dianggap negative oleh komunikasi lain, demikian pula sebaliknya.(JANUARIO,2007).
Seks sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia bukan hanya terbatas pada kegiatan biologis semata namun lebih dari pada itu juga merupakan suatu refleksi dari suatu kegiatan psikis, yang dengan faskto-faktor tertentu seperti pengetahuan, tingkat social kemasyarakatkan dan tata nilai atau hukum akan membentuk pola perilaku seksual di tingkat individu ataupun masyarakat. Oleh karena itu wajar jika pola perilaku seksual suatu komunitas dapat sangat berbeda dengan komunitas yang lain bahkan dalam suatu komunitas dapat di jumpai adanya perbedaan-perbedaan perilaku seksual tergantung dari kriteria-kriteria yang kita pakai dalam mengelompokkan manusia dalam unit-unit komunitas yang di maksud. (JANUARIO,2007).
Di seluruh dunia para remaja baik laki laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah kesehatan seksual, dan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi penyakit menular seksual, dan reproduksi seperti kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi penyakit menular seksual dan masalah kesehatan lainnya.
Menurut WHO setelah dari infeksi HIV di seluruh dunia terjadi pada orang muda yang berusia dibawah 25 tahun JENEWA (SI) – Badan Kesehatan Dunia(WHO) dan Program Penanganan HIV-AIDS PBB (UNAID) melaporkan, jumlah penderita yang terinfeksi HIV-AIDS di dunia menurun hingga 17% dalam kurun 8 tahun terakhir. direktur eksekutif UNAID Michel Sidibe. WHO melaporkan bahwa sebanyak 2,7 juta penduduk dunia terinfeksi virus HIV-AIDS pada 2008. Jumlah ini menurun jika dibandingkan dengan jumlah penderita HIV-AIDS pada 2001 yang mencapai 3,3 juta jiwa. Sidibe memaparkan, penurunan angka penularan HIV-AIDS yang terbesar dipegang Asia Timur. Delapan tahun terakhir,angka penderita HIV-AIDS di Asia Timur menurun hingga 25%. Bagaimana dengan kawasan Asia yang lain? UNAID melaporkan, sejak 2001 lalu jumlah penderita HIV-AIDS di Asia Selatan dan Asia Tenggara berkurang sebanyak 10%.
Di seberang samudra, tepatnya di Benua Afrika, kemunduran jumlah penderita HIV-AIDS juga cukup melegakan. Selama ini, kawasan Gurun Sahara dikenal sebagai daerah dengan jumlah penularan HIV-AIDS terbesar di dunia. Dari keseluruhan jumlah penderita HIV-AIDS di seluruh dunia, sebanyak 67% penderita berasal dari dataran rendah Sahara. Kini, UNAID bisa bernafas lega, karena jumlah penduduk dataran rendah Sahara yang terinfeksi HIV-AIDS merosot sebanyak 15%. Bagi Sidibe, penurunan jumlah penderita AIDS di seluruh dunia selama 8 tahun terakhir merupakan pertanda baik. Namun demikian,Sidibe mengakui bahwa pihaknya harus bekerja lebih keras lagi agar semakin banyak nyawa yang terselamatkan dari penyakit mematikan ini.
JAKARTA (SI) – Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/ WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara dengan laju epidemi HIV tercepat di Asia. Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, menurut WHO, wilayah Asia-Pasifik memikul beban terberat kedua setelah Afrika,dengan perkiraan jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sebesar 4,9 juta dan 95% di antaranya berada di 9 negara Asia,yaitu Kamboja,China, India, Indonesia,Myanmar, Nepal, Papua New Guinea (PNG), Thailand, dan Vietnam. “Laju epidemi HIV di Indonesia saat ini dinyatakan sebagai the fastest growing epidemic in Asia oleh WHO dan UNAIDS,” ungkap Endang saat menghadiri acara Penggalangan Dana ”Wine, Dine, and Charity Auction” Yayasan AIDS Indonesia di Jakarta kemarin.
28 Orang Menderita HIV di Bulukumba Jumlah penderita HIV/Aids di Kabupaten Bulukumba saat ini tercatat sebanyak 28 orang. Berdasarkan data Dinas Kesehatan setempat, enam di antaranya dilaporkan telah meninggal dunia.Menurut Kadiskes Bulukumba dr Rusni Sufran MKes, penyakit berbahaya itu menjangkiti penderita yang sering memakai narkoba jenis jarum suntik. Mereka pada umumnya adalah wanita yang bekerja di kawasan wisata pantai bira.
2008, Penderita HIV Bertambah Enam Orang Pengidap HIV/Aids di Kabupaten Bulukumba bertambah enam orang sepanjang Januari-Februari 2008. Empat orang tertular karena menggunakan narkoba suntik dan dua orang disebabkan hubungan seks bebas. Total pengidap HIV/Aids yang terdeteksi oleh tim Voluntry Conseling Test (VCT) RSUD Andi Sultan Daeng Radja, Bulukumba, dalam dua tahun terakhir ini sebanyak 32 orang. Dari jumlah itu, enam orang sudah meninggal. Sedangkan 24 penderita lainnya masih menjalani terapi pengobatan.
Hasil sebuah study mengatakan lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun hidup di Negara berkembang, dan rata-rata pernah mengalami hubungan seksual pertama kali dibawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60% kehamilan yang terjadi pada remaja di Negara berkembang adalah kehamilan yang tidak dikehendaki, dan 15 juta remaja pernah melahirkan . bahkan menurut para ahli di perkirakan setiap tahun terjadi 700-800 kasus aborsi di kalangan remaja. (BBKBN).
Ada kesan yang muncul bahwa akhir-akhir ini pola perilaku seksual pada remaja secara umum dan siswa menengah umum menuju ke pola terbuka sehingga dapat di katakan terjadinya suatu desakralisasi terhadap seks. Merupakan suatu kenyataan umum bahwa berbagai hal yang di anggap tabu pada masa sekarang. Dan kadang hal tersebut memang jika ditinjau dari segi tata nilai masyarakat, budaya dan agama merupakan suatu hal yang lazim dan biasanya pada masa sekarang. Dan kadang hal tersebut memang jika ditinjau dari segi tata nilai masyarakat, budaya dan agama merupakan suatu hal yang melanggar peraturan. Fenomena-fenomena seperti seks bebas, kehamilan diluar nikah aborsi dan pemerkosaan di kalangan remaja diatas terkesan semakin sering dijumpai sekarang. Ini tentunya butuh penanganan sesegera mungkin dari segala pihak yang terkait agar resiko yang besar dapat dihindari. tentunya hal ini membutuhkan pemahaman masalah (knowing the nature of problem) agar kita menemukan formulasi penanganan praktis yang tepat terhadap masalah ini. (JANUARIO,2007).
Usia remaja proporsinya yang cukup besar dari total jumlah penduduk nasional. Di Indonesia jumlah remaja yang berusia antara 10-12 tahun sangat besar yaitu kurang dari 44 juta jiwa orang. Jumlah tersebut meliputi hampir 25% dari total 220 juta penduduk Indonesia Sedangkan jumlah remaja dijawa tengah yaitu sekitar 27% dari 30.177.730 jumlah penduduk (profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah). (BKKBN, 2004)
Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 yang dilakukan oleh BPS menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63 persen. Perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 42,3 persen. (SKRRI 2002).
Berdasarkan laporan hasil studi yang dilakukan oleh pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jawa Tengah pada bulan Juni sampai Juli 2006 tentang perilaku seksual mahasisiwa diketahui bahwa mereka melakukan aktivitas berpacaran dengan mengobrol (100%), berpegangan tangan (80%), mencium pipi atau kening (69%), mencium bibir (51%), mencium leher (28%), meraba dada / alat kelamin (petting) (22%), dan melakukan hubungan seksual (intercourse) (6,2%), (PILAR PKBI, 2006 ).
Berangkat dari pertimbangan diatas, kami mencoba mendesain penelitian tentang pola prilaku seksual pada salah satu komunitas masyarakat yaitu siswa sekolah menegah umum di Bulukumba. Seperti diketahui, masa remaja merupakan masa transisi dalam kehidupan seseorang sebab pada fase itu individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa. Ketika itu remaja mengalami perubahan fisik yang sangat mencolok diikuti perkembangan emosional yang tidak stabil seiring dengan munculnya dorongan rasa ingin tahu yang tinggi tetapi belum diimbangi dengan kematangan pribadi dan tingkat pengetahuan yang memadai. Dorongan rasa ingin tahu pada diri remaja sebenarnya merupakan potensi sangat berharga buat perkembangan kemampuan dan keperibadian individu, tetapi jika tidak diarahkan dengan baik akan dapat menimbulkan beberapa permasalahan yang bisa merugikan dirinya, keluarga maupun masyarakat sebagai perkembangan hasrat yang kurang atau tidak terkendali.
Keterikatan dan keingintahuan terhadap hal-hal akan menyebabkan remaja selalu berusaha untuk memperoleh informasi dan pengalaman baru, yang apabila tidak di kendalikan dengan baik akan mengakibatkan remaja mendapatkan informasi yang tidak benar atau bahkan menyesatkan. Apalagi dengan era globalisasi sekarang ini, arus informasi mengalir deras tanpa terkendali oleh dimensi ruang, akibatnya remaja lebih muda mengases berbagai informasi baik yang positif maupun negative atau tidak sengaja memperoleh informasi yang terkadang kala tidak mendidik. Selain itu merebaknya pergaulan bebas juga berpotensi yang kadang kala tidak mendidik. Selain itu merebaknya pergaulan bebas juga berpotesi besar mempengaruhi remaja melakukan perbuatan yang menyimpang baik yang disadari atau sekedar mengikuti pergaulan kelompok sebaya. Yang demikian itu di sebabkan minimnya pengetahuan dan masih labilnya keperibadian yang membuat remaja mudah terpengaruh mengikuti pergaulan yang tidak sehat. (JANUARIO,2007).

1 komentar: