Selasa, 16 Februari 2010

February

5
Konsep Keperawatan Virginia Henderson
Posted by cita09060144 . Published on 05 February 2010, No Comments Received

virgin

VIRGINIA HENDERSON, 1978. Keperawatan adalah suatu fungsi yang unik dari perawat untuk menolong klien yang sakit atau sehat dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan kemampuan, kekuatan, pengetahuan dan kemandirian pasien secara rasional, sehingga pasien dapat sembuh atau meninggal dengan tenang.Definisi ini merupakan awal terpisahnya ilmu keperawatan dan medik dasar.

Dari definisi tersebut adalah asumsi tentang individu yaitu :o Individu perlu untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis dan emosional.o Individu memerlukan bantuan untuk memperoleh kesehatan dan kemandirian atau meninggal dengan damai.o Individu membutuhkan kekuatan yang diperlukan , keinginan atau pengetahuan untuk mencapai atau mempertahankan kesehatan.Henderson berpendapat peranan perawat membantu individu sehat sakit dengan suatu cara penambah atau pelengkap (supplementary atau emplementary). Perawat sebagai partner penolong pasien dan kalau perlu sebagai pengganti bagi pasien.Focus perawat adalah menolong pasien dan keluarga untuk memperoleh kebebasan dalam hal memenuhi 14 kebutuhan Eliminasi Makan dan minum adekuat Bernapas normaldasar yaitu : Tidur Bergerak dan mempertahankan posisi yang diinginkansampah tubuh Mempertahankan temperature Memilih baju yang cocokdan istirahat tubuh dalam rentang normal dengan mengatur pakaian dan memodifikasi Menjaga tubuhlingkungan.

google.com

ISMAR EFENDI Skep.Ners

Blog ini
Di-link Dari Sini
Web
Blog ini

Di-link Dari Sini

Web

Kamis, 28 Januari 2010

BUKU MENEJEMEN KEPERAWATAN

AGF Consulting
Performance Monitoring :
Rangkuman oleh
S.E.I. Sriyanti

Desember 2003
Tuntutan Masyarakat terhadap kwalitas pelayanan keperawatan dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu Pelayanan keperawatan ini perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ke masa depan.
Perawat harus mau mengembangkan ilmu pengetahuannya dan berubah sesuai tuntutan masyarakat , dan menjadi tenaga perawat yang professional.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan.Oleh karena itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan , ilmu keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan Indonesia dalam proses profesionalitas.Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat, maka dituntut untuk mengembangkan dirinya dalam sistim pelayanan kesehataan.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, maka akan terjadi beberapa perubahaan dalam aspek keperawatan yaitu : penataan pendidikan tinggi keperawatan, pelayanan dan asuhan keperawatan, pembinaan dan kehidupan keprofesian, dan penataan lingkungan untuk perkembangan keperawatan.

Perubahaan-perubahaan ini akan membawa dampak yang positif seperti makin meningkatnya mutu pelayanan kesehatan/keperawatan yang diselenggarakan, makin sesuainya jenis dan keahlian tenaga kesehatan/keperawatan yang tersedia dengan tuntutan masyarakat, bertambahnya kesempatan kerja bagi tenaga kesehatan.Oleh karena alasan-alasan di atas maka Pelayanan keperawatan harus dikelola secara profesional, karena itu perlu adanya Manajemen Keperawatan.
Manajemen Keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata di Rumah Sakit, sehingga perawat perlu memahami bagaiman konsep dan Aplikasinya di dalam organisasi keperawatan itu sendiri.
Untuk lebih memahami arti dari Manajemen Keperawatan maka kita perlu mengetahui terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan organisasi keperawatan, bagaimana tugas dan tanggung-jawab dari masing-masing personil di dalam organisasi yang pada akhirnya akan membawa kita untuk lebih mengerti bagaimana konsep dasar dari Manajemen Keperawatan itu sendiri.
A. PERAN, FUNGSI DAN TUGAS TENAGA KEPERAWATAN
A.1 PERAN
Peran Perawat Kesehatan
a. Pelaksana Pelayanan Keperawatan
Perawat bertanggung-jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai pada yang paling kompleks kepada pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat
b. Pengelola dalam bidang Pelayanan Keperawatan
Tenaga keperawatan secara fungsional mengelola pelayanan keperawatan termasuk perlengkapan, peralatan dan lingkungan.Disamping itu membimbing petugas kesehatan yang berpendidikan lebih rendah, bertanggung-jawab dalam hal administrasi keperawatan baik di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk pasien, keluarga, kelompok dan masyarakat.
c. Pendidik Pelayanan Keperawatan
Tenaga Keperawatan bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan dasar bagi tenaga kesehatan lainnya dan tenaga anggota keluarga.


A.2 FUNGSI TENAGA PERAWAT
Tenaga keperawatan diharapkan dapat melaksanakan fungsi (pada pasien-pasien yang dirawat) sebagai berikut :
a. Menentukan kebutuhan kesehatan pasien dan mendorong pasien untuk berperan serta di dalam memenuhi kebutuhan kesehatannya.
b. Memberikan penyuluhan kesehatan mengenai kebersihan perorangan, kesehatan lingkungan, kesehatan mental, gizi, kesehatan ibu dan anak, pencegahan penyakit dan kecelakaan.
c. Memberikan Asuhan Keperawatan kepada pasien yang meliputi perawatan darurat,serta bekerjasama dengan dokter dalam program pengobatan
d. Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi dan menerima rujukan dari organisasi kesehatan lainnya.
e. Melaksanakan pencatatan pelaporan asuhan Keperawatan.
A.3 TUGAS
Sebagai penjabaran dari fungsi maka tugas tenaga keperawatan adalah :
a. Memelihara kebersihan dan kerapihan di dalam ruangan
b. Menerima pasien baru
c. Melaksanakan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan
d. Mempersiapkan pasien keluar
e. Membimbing dan mengawasi pekarya kesehatan dan pekarya rumah tangga
f. Mengatur tugas jaga
g. Mengelola peralatan medik dan keperawatan, bahan habis pakai dan obat
h. Mengelola administrasi
B. PROFIL PERAWAT PROFESIONAL
Pelayanan Keperawatan di masa mendatang harus dapat memberikan Consumer Minded terhadap pelayanan yang diterima.Implikasi pelayanan keperawatan akan terus mengalami perubahaan dan hal ini akan dapat terjawab dengan memahami dan melaksanakan karakteristik perawat professional dan perawat millennium. Menurut Nursalam Peran perawat di masa depan harus berkembang seiring dengan perkembangan IPTEK dan tuntutan kebutuhan masyarakat, sehingga perawat, dituntut mampu manjawab dan mengantisipasi terhadap dampak dari perubahan.Sebagai Perawat professional maka peran yang diemban adalah “CARE” yang meliputi :
C = COMMUNICATION C = COMPLETE
A = ACCURATE
R = RAPID
E = ENGLISH
A = ACTIVITY C = COOPERATIVE
A = APPLICABLE
R = RESPOSIVE
E = EMPATHY
R = REVIEW C = CONSIDERED
A = APPROPRIATE
R = REASONED
E = EVALUATED
E = EDUCATION C = COMMITED
A = ACADEMIC
R = RESEARCH
E = EXTENDED

1. COMMUNICATION
Perawat memberikan pelayanan keperawatan harus dapat berkomunikasi secara lengkap, adekuat, cepat. Setiap melakukan komunikasi (lisan dan tulis) harus memenuhi tiga syarat di atas dan juga harus mampu berbicara dan menulis dalam bahasa asing minimal bahasa inggris.
2. ACTIVITY
Prinsip melakukan aktifitas/pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerjasama dengan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya, khususnya tim medis sebagai mitra kerja dalam memberikan asuhan kepada pasien.Ativitas ini harus ditunjang dengan menunjukan suatu kesungguhan dan sikap empati dan bertanggung-jawab terhadap setiap tugas yang diemban.
Tindakan keperawatan harus dilakukan dengan prinsip : “CWIPAT”
C : Check the orders & Equipment
W : Wash Your hands
I : Identify of Patient
P : Provide for Safety &Privacy
A : Asses the Problem
T : Tell the person or teach the patient about what you are going to do

3. REVIEW
Prinsip utamanya adalah moral dan Etika keperawatan. Dalam memberikan setiap asuhan keperawatan perawat harus selalu berpedoman pada nilai-nilai etik keperawatan dan standar keperawatan yang ada serta ilmu keperawatan.
Untuk menghindari kesalahan dalam pelaksanaan peran ini maka perawat harus berpegangan pada prinsip-prinsip etik keperawatan yang meliputi :
 Justice : Asas keadilan
Setiap prioritas tindakan yang diberikan harus berdasarkan kondisi pasien, tidak ada diskriminasi pasien dan alat
 Autnomy : Asas menghormati otonomi
Setiap manusia mempunyai hak untuk menentukan tindakan terhadap dirinya sendiri
 Benefienc : Asas Manfaat
Setiap tindakan yang diberikan kepada klien harus bermanfaat bagi klien dan menghindarkan dari kecacatan
 Veracity : Asas kejujuran
Perawat dalam berkomunikasi harus mengatakan yang benar dan jujur kepada klien

 Confidentiality : Asas Kerahasiaan
Apa yang dilaksanakan oleh perawat harus didasarkan pada tanggung-jawab moral dan profesi

4. EDUCATION
Perawat harus mempunyai komitmen yang tinggi terhadap profesi dengan jalan terus menerus menambah ilmu melalui melalui pendidikan formal/nonformal, sampai pada suatu keahlian tertentu.
Pengembangan pelayanan keperawatan yang paling efektif harus didasarkan pada hasil temuan-temuan Ilmiah yang dapat diuji ke-sahihannya.
C. PROFIL PERAWAT MILLENIUM
Karakteristik Perawat Millenium :
C : Career
A : Activity
R : Role
E : Enhancement

1. Career
Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien, harus mempunyai dasar pendidikan yang memadai, karena dengan keahlian dan dasar pendidikan yang tinggi sebagai indicator jaminan kualitas pelayanan kepada konsumen dan menghindarkan dari kesalahan-kesalahan yang fatal. Perawat juga harus memahami bagaimana konsep manajemen secara keseluruhan, khususnya Manajemen Keperawatan.
2. Activity
Perawat harus memahami tentang semua tindakan yang dilakukan, baik dari segi keilmuan maupun etik dan moral Keperawatan.
3. Role
Dalam melaksanakan perannya, perawat dituntut mampu bekerjasama dengan profesi lain. Oleh karena itu Perawat harus dapat membedakan peran yang dimaksud.
4. Enhancement
Prinsip utama pelayanan keperawatan adalah pengembangan diri secara terus-menerus seiring dengan perkembangan jaman yang dinamis, berubah setiap saat.Perawat dituntut untuk menunjukan independensi dalam memberikan asuhan dan tumbuhnya rasa percaya diri yang tinggi.Hal ini bisa ditempuh dengan mulai mempersiapkan diri dan membekali diri yang baik mulai sekarang.
Dengan memahami bagaimana karakteristik Perawat Profesional & Milenium seperti yang sudah dijelaskan di atas maka diharapkan agar para perawat mau mengembangkan dirinya masing-masing dengan mengikuti pelatihan-pelatihan untuk menambah pengetahuan dan keterampilannya agar dimasa mendatang mampu memenuhi kriteria-kriteria dari perawat profesional dan perawat millenium.
A. KONSEP MANAJEMEN KEPERAWATAN
Pada langkah awal kita perlu memahami terlebih dahulu apa yang dimaksudkan dengan Manajemen Keperawatan
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi.Sedangkan Manajemen Keperawatan adalah : proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional.
Proses Manajemen Keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara professional, sehingga diharapkan keduanya saling menopang.Sebagaiman yang terjadi di dalam proses keperawatan, di dalam Manajamenen Keperawatan-pun terdiri dari Pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.Karena Manajemen Keparawatan mempunya kekhususan terhadap mayoritas tenaga daripada seorang pegawai, maka setiap tahapan di dalam proses manajemen lebih rumit jika dibandingkan dengan proses keperawatan. Bagaimana langkah-langkah di dalam Proses Manajemen Keperawatan akan dijelaskan di dalam proses Manajemen Keperawatan di bawah ini
B. PROSES MANAJEMEN KEPERAWATAN
Proses adalah suatu rangkaian tindakan yang mengarah pada suatu tujuan. Di dalam proses keperawatan, bagian akhir mungkin berupa sebuah pembebasan dari gejala, eliminasi resiko, pencegahan komplikasi, argumentasi pengetahuan atau ketrampilan kesehatan dan kemudahan dari kebebasan maksimal.Di dalam proses manajemen Keperwatan, bagian akhir adalah perawatan yang efektif dan ekonomis bagi semua kelompok pasien.
Proses Manajemen Keperawatan :
1. PENGKAJIAN – PENGUMPULAN DATA
Pada tahap ini perawat dituntut tidak hanya megumpulkan informasi tentang keadaan pasien, melainkan juga mengenai institusi (rumah sakit/puskesmas), tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.
Pada tahap ini harus mampu mempertahankan level yang tinggi bagi efisiensi salah satu bagian dengan cara menggunakan ukuran pengawasan untuk mengidentifikasikan masalah dengan segera, dan setelah mereka terbentuk kemudian dievaluasi apakah rencana tersebut perlu diubah atau prestasi yang perlu dikoreksi.
2. PERENCANAAN
Perencanaan disini dimaksudkan untuk menyusun suatu rencana yang strategis dalam mencapai tujuan, seperti menentukan kebutuhan dalam asuhan keperawatan kepada semua pasien, menegakkan tujuan, mengalokasikan anggaran belanja, memutuskan ukuran dan tipe tenaga keperawatan yang dibutuhkan, membuat pola struktur organisasi yang dapat mengoptimalkan efektifitas staf serta menegakkan kebijaksanaan dan prosedur operasional untuk mencapai visidan misi yang telah ditetapkan.


4. PELAKSANAAN
Pada tahap ini Manajemen Keperawatan memerlukan kerja melalui orang lain, maka tahap implementasi di dalam proses manajemen terdiri dari dan bagaimana memimpin orang lain untuk menjalankan tindakan yang telah direncanakan.
4. EVALUASI
Tahap akhir dari proses manajerial adalah melakukan evaluasi seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.Pada tahap ini manajemen akan memberikan nilai seberapa jauh staf mampu melaksanakan tugasnya dan mengidentifikasi factor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan.
Sistim di dalam manajemen Keperawatan :
a. Pengumpulan data
Personalia, Pasien, Peralatan dan persediaan
b. Perencanaan
Tujuan, Sistim, Standar, Kebijaksanaan, Prosedur, Anggaran
c. Pengaturan
Tabel organisasi, Evaluasi Tugas, Deskripsi kerja, Pembentukan kerjasama tim
d. Kepegawaian
Klasifikasi pasien, penentuan kebutuhan staff, rekrutmen, pemilihan orientasi, penjadualan, penugasan, minimalisasi ketidakhadiran, penurunan pergantian, pengembangan staff.
e. Kepemimpinan
Penggunaan kekuatan, pemecahan masalah,pengambilan keputusan, mempengaruhi perubahan, menangani konflik, komunikasi dan analisa transaksional.
f. Pengawasan
penelitian, Jaminan Keselamatan, Audit pasien, penilaian prestasi, disiplin, hubungan pekerja tenaga kerja, sistim informasi computer


A. VISI & MISI KEPERAWATAN
Sebagai langkah awal di dalam Manajemen Keperawatan yang harus dilakukan adalah mengumpulkan segala informasi yang dibutuhkan di dalam Manajemen Keperawatan baik tentang pasien, tenaga perawat dan sebagainya.Pengumpulan data ini bisa dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT : bagaimana kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman bagi organisasi Keperawatan
Data-data yang sudah dikumpulkan akan dijadikan dasar untuk melakukan identifikasi terhadap masalah-masalah yang mungkin ada di Rumah sakit yang memiliki hubungan erat dengan Praktek keperawatan di Rumah sakit.
Untuk itu sebelumnya kita akan menentukan dulu apa visi dan misi dari Keperawatan.
Visi Keperawatan
Visi Keperawatan diartikan sebagai Pernyataan keyakinan tentang keperawatan dan manifestasi dari nilai-nilai dalam keperawatan yang digunakan untuk berfikir dan bertindak.
Visi ini dimaksudkan agar perawat harus dapat mempunyai sudut pandang dan pengetahuan yang luas tentang manajemen dan proses perubahaan yang terjadi saat ini dan akan datang.
Misi Keperawatan
Misi dapat diartikan sebagai suatu langkah-langkah nyata dari profesi keperawatan dalam melaksanakan visi yang telah ditetapkan, yaitu menjaga dan mengawasi sustu proses profesionalisme keperawatan Indonesia agar berjalan dan berkesinambungan.
Rumus sukses mencapai visi dan misi
Sukses = Visi + Misi + Motivasi
Visi + Misi = Serba Tanggung
Visi + Motivasi = Melamun
Misi + Motivasi = Sampai Di tempat yang salah
Inti konsep dasar dari manajemen adalah : perlu adanya suatu keseimbangan antara visi, misi dan motivasi yang jelas dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

B. PENGUMPULAN DATA
a. Ketenagaan Keperawatan :
•Lingkungan kerja
 Gambaran umum jumlah tempat tidur /tanggal
 Lokasi dan denah ruang
 Fasilitas untuk pasien
 Fasilitas untuk petugas
 Fasilitas peralatan dan bahan kesehatan
• Sumber Daya Manusia
 Tenaga Keperawatan
 Tenaga non-keperawatan
• Ketenagaan Keperawatan dan Pasien
Pada suatu pelayanan profesional, jumlah tenaga yang diperlukan tergantung pada jumlah pasien dan derajat ketergantungan pasien. Menurut Douglas (1984) Leveridge & Cummings (1996) klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi 3 kategori yaitu : Perawatan minimal memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, Perawatan Intermedit memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dan Perawatan maksimal atau total memerlukan waktu 5-6 jam.24 jam.Dalam penelitian tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dn malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel di bawah ini :

KLASIFIKASI & KRITERIA YA TIDAK
I. MINIMAL CARE
1. Pasien bisa mandiri/hampir tidak memerlukan bantuan
• Mampu naik-turun tempat tidur
• Mampu Ambulasi dan berjalan sendiri
• Mampu mandi sendiri/mandi sebagian dengan bantuan
• Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri)
• Mampu nerpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan
• Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan
2. Status Psikologis Stabil
3. Pasien dirawat untuk prosedur diagnostik
4. Operasi ringan
II. INTERMEDIT CARE
1.Pasien memerlukan bantuan perawat sebagian
• Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik-turun tempat tidur
• Membutuhkan bantuan untuk Ambulasi / berjalan
• Membtuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan
• Membutuhkan bantuan untuk makan (disuap)
• Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
• Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan
• Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK
5. Post operasi minor (24 jam)
6. Melewati fase akut dari post operasi mayor
7. Fase awal dari penyembuhan
8. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
9. Gangguan emosional ringan
III. TOTAL CARE
1.Pasien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu perawat yang lebih lama
• Membutuhkan dua orang atau lebih untuk mobilisasi dari tempat tidur ke kereta dorong / kursi roda
• Membutuhkan latihan pasif
• Kebutuhan nutris dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus) atau NG tube (sonde)
• Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut
• Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan
• Dimandikan perawat
• Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter
2.24 jam post operasi mayor
3.Pasien tidak sadar
4.Keadaan pasien tidak stabil
5.Observasi TTV setiap kurang dari jam
6.Perawatan luka bakar
7.Perawatan kolostomi
8.Menggunakan alat bantu pernapasan (respirator)
9.Menggunakan WSD
10. Irigasi kandung kemih secara terus menerus
11. Menggunakan alat traksi (skeletal traksi)
12. Faktur dan atau pasca operasi tulangbelakang /leher
13. Gangguan emosional berat, bingung dan disorientasi







Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat
a. Pasien Klasifikasi Pasien
Minimal Parsial Total
Pagi Siang Malam Pagi Siang Malam pagi siang malam
1 0,17 0,14 0,10 0,27 0,15 0,07 0,36 0,30 0,20
2 0,34 0,28 0,20 0,54 0,30 0,14 0,72 0,60 0,40
3 0,51 0,42 0,30 0,81 0,45 0,21 1,08 0,90 0,60

Konsep perhitungan ketenagaan (Ratna Sitorue, 2002)
Penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama satu bulan dan dihitung jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari.Setelah itu ditetapkan rata – rata jumlah perawat setiap hari.
Sebagai contoh, suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawatan intermediet, dan 5 pasien dengan perawatan total) maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk jaga pagi adalah :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0,27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,09 -------------- 6 orang



b. Penerapan Model Asuhan Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian terhadap data-data yang sudah dikumpulkan pada tahap sebelumnya maka metode/model pemberian asuhan keperawatan harus ditentukan,karena keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yang professional.
Model seperti apakah yang bisa atau seharusnya diterapkan pada Rumah sakit harus ditentukan terlebih dahulu.
Metode pemberian asuhan keperawatan ini harus efisien dan efektif, artinya harus ada pembagian tugas, peran dan wewenang yang jelas sehingga tidak terdapat konflik peran/peran ganda bagi perawat.
Dasar Pertimbangan pemilihan model asuhan keperawatan :
• Sesuai dengan Visi dan Misi Rumahsakit
• Dapat diterapkan proses keperatan di didalam Asuhan keperawatan
• Efektif dan efisiensi penggunaan biaya
• Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat
• Model yang dipilih harus dapat menigkatkan kepuasan perawat, dan tim kesehatan lainnya.
• Terlaksananya komunikasi antara perawat
Model Asuhan Keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan Marquis & Huston (1998)
Metode Deskripsi Penangung Jawab
Fungsional Perawat melaksanakan tugas/tindakan tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Perawat yang bertugas
Kasus Perawat bertanggung-jawab terhadap asuhan keperawatan dan observasi pada pasien tertentu.Ratio 1:1 Manager Keperawatan
Tim Enam-tujuh perawat professional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh kepala tim Ketua Tim
Primer Perawatbertanggung jawab terhadap semua aspek asuhan keperawatan, dari hasil pengkajian kondisi pasien untuk mengkoordidir asuhan keperawatan Perawat Primer
Dari model-model keperawatan diatas yang umum digunakan di Rumah sakit adalah Asuhan keperawatan total : Keperawatan Tim,Keperawatan Primer
c. Sistem Pendokumentasian
 Sistem Pendokumentasian Ruangan
Dokumentasi yang digunakan adalah dengan sistim SOR (sources Oriented Record) yaitu sistim pendokumentasian yang berorientasi dari berbagai sumber tenaga kesehatan, misalnya dokter, perawat, ahli gizi dll.
Contoh pendokumentasian :
URAIAN BAGIAN SUMBER
Lembar indeks diagnosis
Lembar registrasi
Lembar masuk dan keluar RS
Lembar untuk penempelan surat (MRS, rujukan)
Daftar masalah
Lembar Riwayat Penyakit
Lembar catatan Harian Dokter
Lembar Instruksi Dokter
Lembat untuk Pemeriksaan Laboratorium dan radiologi
Lembaran Instruksi dokter dan laporan perawat
Lembar konsultasi
Lembar observasi
Lembar pengkajian dan asuhan keperawatan Dokter
Administrasi
Administrasi
Administrasi
Administrasi
Dokter
Dokter
Dokter
Dokter/Perawat
Dokter
Dokter
Perawat
Perawat
Administrasi penunjang :
• Buku laporan jaga harian perawat
• Buku Injeksi dari ruangan
• Buku observasi tanda-tanda vital
• Buku laporan kepala ruangan
• Buku visite
• Lembar pengkajian khusus
 Sistim Administrasi
Pada sistim administrasi ini, diuraikan tentang alur pelayanan pasien mulai masuk Rumah Sakit sampai keluar Rumah Sakit.
IRDA/UGD
POLY
Ruang Rawat Inap
Bagian Keuangan
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Radiologi
Keluar

C. ANALISA DATA DENGAN PENDEKATAN SWOT
Sebelum melakukan perencanaan, maka perlu dikaji terlebih dahulu beberapa hal. Fokus identifikasi bisa menggunakan pendekatan yang lazim dipakai yaitu : pendekatan SWOT (Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, dan Ancaman).
Di dalam pendekatan ini kita akan mengumpulkan semua data tentang tenaga keperawatan, administrasi dan bagian keuangan yang akan mempengaruhi fungsi organisasi keperawatan secara keseluruhan.Setiap data akan di kelompokan apakah merupakan kekuatan. Kelemahan, kesempatan ataukah merupakan ancaman bagi organisasi.
Berikut ini akan diberikan contoh Pengumpulan data dan Identifikasi masalah berdasarkan pendekatan SWOT




STRENGTH WEAKNESS OPPORTUNITY THREATENED
• Memiliki visi, misi dan motto Keperawatan
• SDM terdiri dari : DIII (….orang), SPK (….orang), Pekarya (….orang).
• Rumah Sakit Pemerintah Tipe …..
• Terdapat Standar Asuhan Keperawatan
• Tersedia Sarana & prasarana Untuk pasien dan tenaga perawat
• Sudah ada sistim Dokumentasi
• Terdapat Administrasi penunjang
• dll • Kualitas tenaga belum memnuhi kualifikasi
• MKP belum dilaksanakan
• Belum ada pembagian tugas yang jelas
• Pendokumentasian proses Keperawata belum optimal
• Dll
• Terbukanya kesemptan melanjutkan pendidikan pada progran yang lebih baik
• Adanya program pelatihan/kursus
• Dll • Persaingan antar rumah sakit yang semakin kuat
• Adanya tuntutan masyarkat yang lebih tinggi untuk mendapatkan pelayanan
• dll
Setelah dilakukan pengumpulan data dan analisa maka muncul permasalahan-permasalahan yang harus kita kaji untuk dilakukan perencanaan pembenahan.
D. RUMUSAN MASALAH
Dari data-data yang sudah dikumpulkan dan sudah dilakukan analisa dengan pendekatan SWOT maka kita akan menemukan apa saja permasalahan-permasalahan di dalam sebuah organisasi Rumah Sakit khususnya pada Organisasi Keperawatan.Permasalahan yang ditemukan ini tidak saja hanya kekurangan-kekurangan yang akan menggangu atau menghambat di dalam Organisasi Keperawatan tetapi juga kemungkinan-kemungkinan peningkatan pelayanan agar dapat menjadi lebih baik dari sekarang. Masalah-masalah yang ditemukan akan di kumpulkan untuk selanjutnya dilakukan perencanaan untuk mengatasi permasalahan atau meningkatkan kwalitasnya.


1. PENGORGANISASIAN
Berdasarkan hasil analisa maka perlu untuk membuat tim kerja dengan pembagian tugas dari masing-masing personel. Sebagai contoh untuk pengelolaan di ruang rawat inap, maka diselenggarakan pengorganisasian dengan pembagian peran sebagai berikut :
1. Kepala ruangan
2. Perawat Primer
3. Perawat Asosier
Adapun penetapan tugas perawat diatas harus sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit/keperawatan, hasil penyelenggaraan model asuhan keperawatan sebelumnya, bagaiman kekuatan sumber daya yang ada dan sarana serta prasarana yang telah diidentifikasi pada pengumpulan data sebelumnya.
2. RENCANA STRATEGIS KEGIATAN
Pada tahap ini organisasi yang sudah terbentuk mulai merencanakan bagaimana rencana strategis yang akan dijalankan untuk mencapai tujuan di dalam Manajemen Keperawatan.
Organisasi mulai menentukan dan mendiskusikan bentuk dan penerapan praktek keperawatan yang profesional, bagaimana format dan pendokumentasian, mengatur kebutuhan tenaga perawat, Mengatur tugas dan wewenang dari masing-masing perawat di ruangan, jadual kerja dari masing-masing perawat, bagaimana mensupervisi perawat,bagaimana sistim kepemimpinannya, Instalasi-instalasi yang menunjang di dalam proses keperawatan seperti, farmasi, radiologi,laboratorium, gizi (Jalur opersional).Hubungan dengan bagian – bagian lain yang turut mendukung di dalam organisasi rumah sakit ini (anggaran, karyawan non-medis, dll).
3. PENGATURAN WAKTU DAN KEGIATAN
Pada tahap ini setelah Semua rencana strategis di susun maka mulai dilakukan penetuan kegiatan apa saja yang harus dilakukan dan kapan waktunya.
Sebagai contoh di bawah ini akan diberikan rencana kegiatan kelompok dalam penerapan model asuhan Keperawatan Profesional yang akan dilakukan dalam satu bulan.


MINGGU URAIAN RENCANA KERJA
I 1. Pembuatan Struktur organisasi kelompok
2. Orientasi ruangan dan perkenalan
3. Analisa situasi dan perumusan masalah
4. Penyusunan program kerja
5. Penyusunan proposal pelaksanaan model asuhan keperawatan profesional
6. Penyusunan jadwal dan rancangan pembagian peran dalam penerapan model praktek keperawatan profesional
7. Penyusunan format pengkajian khusus dan sistim dokumentasi asuhan keperawatan
8. Penyusunan proposal, prosedur sentralisasi obat, dan kelengkapan administrasinya
9. Penyusunan format supervisi
10. Penyusunan format penunjang kegaiatan lainnya, seperti format kegiatan harian
11. Uji coba peran
II 1. Penerapan Model asuhan Keperawatan Profesional : Aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan proses dokumentasi keperawatan
2. Penyempurnaan format kajian dan dokumentasi Keperawatan
3. Penyelenggaraan Supervisi Keperawatan
4. Penyelenggaraan Sentralisasi Obat
5. Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas 24 jam
III 1. Penerapan model asuhan keperawatan profesional : Aplikasi peran, pendelegasian tugas, dan proses dokumentasi keperawatan
2. Penerapan semua program
3. Penyelengaraan rotasi 24 jam
IV 1. Evaluasi penerapan model asuhan keperawatan profesional
2. Penyusunan laporan

3. PERSIAPAN PELAKSANAAN
Setelah seluruh kegiatan ditentukan dan sudah pula ditentukan waktu pelaksanaannya, selanjutnya mulai dilakukan persiapan untuk pelaksanaannya.Inti dari tahap ini adalah mulai menyiapkan bahan-bahan yang diperlukan seperti dokumen-dokumen untuk pemberian bukti pelaksanaan, bagaimana deskripsi tugasnya, sekaligus juga pengaturan kembali jadwal (pembagian tugas).
4. PERSIAPAN PENDOKUMENTASIAN
Dalam kegiatan pendokumentasian, hal yang perlu dipersiapkan antara lain bentuk sistim dokumentasi keperawatan, format pengkajian, format perencanaan, pelaksanaan dan evaluasinya.Termasuk di dalam persiapan ini adalah mengevaluasi kesesuaian format yang dipergunakan selama ini berdasarkan kriteria : apakah sudah sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan, apakah mudah atau dipahami semua oleh perawat yang ada di ruangan, apakah efisien dan efektif dalam pelaksanannya? Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian ditentukan tentang model pendokumentasian yang sesuai.
5. PERSIAPAN EVALUASI
Evalusi meliputi penentuan teknik evaluasi, pembuatan alat evaluasi dan sekaligus didalamnya adalah pendokumentasian hasil kegiatannya secara umum. Di bawah ini akan diberikan contoh Instrumen Evaluasi dari sisi kepuasan Pasien dan Perawat.
Instrumen Kepuasan Pasien

Jawablah pertanyaan ini dengan meberikan tanda silang pada jawaban yang telah disediakan

1. Perawat memperkenalkan diri kepada anda
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
2. Dalam melayani pasien perawat bersikap sopan dan ramah
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
3. Perawat menjelaskan peraturan rumah sakit pertamkali anda masuk RS
 Ya Kadang-kadang Tidak
4. Perawat menjelaskan fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit pada saat pasien baru
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
5. Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untuk kelancaran perawatan (kamar mandi, ruang perawat, tata usaha dll)
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
6. Perawat menjelaskan tujuan perawatan terhadap pasien
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
7. Ada perawat atau kepala ruang yang menunjukan kepada pasien tentang perawat yang bertanggung-jawab kepada pasien
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
8. Perawat memperhatikan dan menanggapi keluhan pasien
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
9. Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
10. Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan keperawatan
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
11. Perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum melakukan tindakan
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
12. Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan sebelum melakukan tindakan
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
13. Perawt menjelaskan resiko atau bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum melakukan tindakan
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
14. Perawat memberikan keterangan atau penjelasan dengan lengkap dan jelas
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
15. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
16. Perawat selalu menjaga kebersihan ruangan
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
17. Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
18.
Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai kembali keadaan anda.
 Ya  Kadang-kadang  Tidak
Instrumen Kepuasan Perawat (Aplikasi dari teori Maslow)

Jawablah pertanyaan ini dengan meberikan tanda silang pada jawaban yang telah disediakan
NO PERNYATAAN STP TP CP P SP
1. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang saudara lakukan
2. Sistim gaji yang dilakukan institusi tempat saudara bekerja
3. Jumlah gaji yang diterima dibandingkan pendidikan saudara
4. Pemberian Insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja ekstra
5. Tersedianya peralatan dan perlengkapan yang mendukung pekerjaan
6. Tersedianya fasilitas penunjang seperti kamar mandi, te,pat parker dan kanting
7. Kondisi ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara, kebersihan dan kebisingan
8. Adanya jaminan atas kesehatan/keselamatan kerja
9. Perhatian Institusi rumah sakit terhadap saudara
10 Hubungan antar karyawan dalam kelompok kerja
11 Kemampuan dalam bekerjasama antar karyawan
12 Sikap teman-teman kerja terhadap saudara
13 Kesesuaian antara pekerjaan dengan latar pendidikan saudara
14 Kemampuan dalam menggunakan waktu bekerja dengan penugasan yang diberikan
15 Kemampuan supervise /pengawas dalam membuat keputusan
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja di sini
17 Kebebasan melakukan suatu metode sendiri dalam membuat keputusan
18 Kesempatan untuk meningkatkan kemampuan kerja melalui pelatihan atau pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapat posisi yang lebih tinggi
20 Kesempatan untuk membuat suatu prestasi dan mendapatkan kenaikan pangkat
Keterangan : STP : Sangat Tidak Puas, TP : Tidak Puas, CP : Cukup Puas, SP : Sangat Puas, P: Puas
Seluruh persiapan perencanaan sudah dilakukan, langkah berikutnya adalah mulai mengimplementasikan rencana yang telah di susun oleh Manajemen Organisasi Keperawatan.
Setelah seluruh proses perencanaan dilakukan maka langkah berikutnya adalah bagaimana mengimplementasikan rencana tersebut sesuai dengan prosedur atau waktu yang sudah ditentukan. Proses Implementasi ini diusahakan berjalan sesuai dengan rencana yang telah disusun baik dalam jenis kegiatan, waktu dan Personil.Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi ketimpangan-ketimpangan yang akan menyebabkan proses Implementasi ini berjalan tidak sesuai dengan rencana.

Didalam proses Implementasi ini ada beberapa faktor yang turut menunjang di dalam keberhasilan.Faktor-faktor penunjang itu antara lain : Model kepemimpinan, Motivasi, Delegasi dan Supervisi, Komunikasi.


A. KEPEMIMPINAN
Istilah Kepemimpinan di dalam Manajemen sering diartikan hanya berfungsi pada kegiatan supervisi, tetapi dalam keperawatan fungsi tersebut sangatlah luas. Jika posisi sebagai ketuan tim, kepala ruangan, atau perawat pelaksana dalam suatu ruang, maka perlu pemahaman tentang bagaimana mengelola dan memimpin orang lain dalam mencapai tujuan Asuhan Keperawatan yang berkualitas. Sebagai Perawat Profesional tidak hanya mengelola orang tetapi sebuah proses secara keseluruhan yang memungkinkan orang dapat menyelesaikan tugasnya.
Di dalam Manajemen ada beberapa model atau gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi.. Gaya kepemimpinan ini dapat diartikan sebagai suatu cara penampilan karakteristik.
Jenis gaya Kepemimipinan (Menurut Gillies 1996) :
 Otoriter : Kepemimpinan berorientasi pada tugas atau pekerjaan.Pemimpin menetukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan.Informasi disampaikan hanya demi kepentingan tugas.Motivasi dengan reward dan punishment
 Demokratis : Kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staff.Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.Pemimpin menggunakan kekuasaannya untuk mendorong ide dari staf dan memotivasi kelompok untuk menetukan tujuannya sendiri.
 Pertisipatif : Kepemimpinan gabungan antara gaya otoriter dan demokrasi. Pemimpin yang menyampaikan hasil analisa dan mengusulkan tindakan tersebut pada bawahanya. Staf diminta saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir pada kelompok.
 Bebas Tindak : Merupakan pimpinan Offisial. Karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervise, dan koordinasi.Staf mengevaluasi pekerjaan sesuai dengan cara sendiri.
Dari gaya kepemimpinan di atas, seorang pemimpin yang baik harus bisa mengkombinasikan jenis gaya diatas dalam melakukan supervisi terhadap staf.Pemimpin yang efektif harus memiliki kemampuan untuk menggunakan proses penyelesaian masalah, mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, menunjukkan kejujuran dalam memimpin, kompeten, kreatif, dan kemampuan mengembangkan kelompok.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang Manajer Keperawatan : Kepemimpinan, Pengambilan Keputusan & perencanaan, Hubungan masyarakat/komunikasi, Anggaran, Pengembangan, Personaliti, Negosiasi.

B. MOTIVASI KERJA
Motivasi adalah Karakteristik psikologi manusia yang memberikan kontribusi pada tingkat komitmen seseorang.Motivasi ini mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam berperilaku.
Motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh untuk membangkitkan, mengarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan dengan lingkungan kerja.
Memotivasi adalah proses Manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan tentang “apa” yang membuat orang tergerak (Stoner & Freeman, 1995). Menurut bentuknya motivasi terdiri dari :
 Motivasi Instrinsik : Motivasi yang datang dari dalam diri individu
 Motivasi Ekstrinsik : Motivasi yang datang dari luar diri Individu
 Motivasi Terdesak : Motivasi yang muncul dalam keadaan terdesak.
Dalam memotivasi staf untuk mencapai tujuan organisasi, seorang pemimpin memegang peranan yang sangat penting.Untuk melaksanakan tugas ini pimpinan harus mempertimbangkan keunikan/karakteristik dari stafnya dan berusaha untuk memberikan tugas sebagai suatu strategi dalam memotivasi staf.
C. DELEGASI & SUPERVISI
Delegasi dapat diartikan sebagai penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain. Atau pemberian tugas kepada seseorang atau kelompok dalam menyelesaikan tujuan organisasi.
Delegasi dalam praktek keperawatan professional sering mengalami masalah, dimana proses delegasi tidak dilaksanakan secara efektif. Hal ini diarenakan tiga hal :
 under –delegasi : Pelimpahan tugas terlalu sedikit. Staf diberi wewenang yang sangat sedikit, terbatas dan sering tidak terlalu jelas.
 over-delegasi : Pemberian delegasi berlebihan. Di sini dapat terjadi penyalahgunaan wewenang.
 unproper delegasi : Pelimpahan yang tidak tepat.Kesalahan yang ditemukan adalah, pemberian tugas limpah, orang yang tepat, dan alasan delegasi hanya karena faktor senang/tidak senang. Pelimpahan ini tidak efektif karena kecendrungan pimpinan menilai pekerjaanya berdasarkan unsur Subyektif.

Delegasi yang baik tergantung pada keseimbangan antara komponen tanggung jawab, kemampuan dan wewenang.Tanggung jawab (responsibility) adalah suatu rasa tanggung-jawab terhadap penerimaan suatu tugas.Kemampuan(accountability) adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas limpah.Wewenang (authority) adalah pemberian hak dan kekuasaan penerima tugas limpah untuk mengambil suatu keputusan terhadap tugas yang dilimpah.
Bagaimana proses pendelegasian :
1. Seleksi dan susun tugas
2. Seleksi orang yang tepat
3. Berikan arahan dan motivasi staf
4. Lakukan supervise yang tepat
Keberhasilan dalam pendelegasian akan ditentukan oleh faktor-faktor berikut ini :
 Komunikasi yang jelas dan lengkap : Kelengkapan informasi yang disampaikan, akurasi terhadap pesan, penggunaan kata-kata atau istilah yang mudah diterima oleh penerima pesan
 Ketersediaan sumber dan sarana
 Monitoring
 Pelaporan kemajuan tugas limpah
D. KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan unsur yang penting dalam aktivitas manajer keperawatan dan sebagai bagian yang selalu ada di dalam proses manajemen Keperawatan.
Komunikasi adalah suatu pertukaran pikiran, perasaan, dan pendapat dan memberikan nasihat dimana terjadi antara dua orang atau lebih bekerja bersama.Komunikasi juga dapat diartikan suatu seni untuk menyusun dan menyampaikan suatu pesan dengan cara yang gampang sehingga orang lain dapat mengerti dan menerima.
Model komunikasi :
 Komunikasi tertulis : Publikasi perusahaan, Surat-menyurat ke staf, pembayaran, jurnal
 Komunikasi secara langsung : Komunikasi secara verbal dengan atasan, atau bawahan atau dengan pihak lain.
 Komunikasi non-verbal : Komunikasi dengan menggunakan ekspresi wajah, dan sikap tubuh.
 Komunikasi via telepon
Komunikasi dalam praktek keperawatan Profesional merupakan unsur utama dalam melakukan asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan Perawat yang memerlukan komunikasi adalah :
a. Komunikasi saat timbang terima
Komunikasi yang jelas tentang kebutuhan klien terhadap apa yang sudah dilakukan intervensi dan yang belum, serta respon pasie yang terjadi.
b. Interview/Anamnese
Komunikasi dengan tujuan untuk memperoleh data tentang keadaan klien yang akan dipergunakan dalam mendukung masalah yang dihadapi pasien dan melaksanakan tindakan dengan akurat. Anamnese ini bisa dengan pasien, keuarga, dokter dan tim lainnya.
Prinsip yang perlu diterapkan oleh perawat dalam komunikasi ini :
• Hindari komunikasi yang terlalu formal atau tidak tepat.Ciptakan suasan yang hangat dan kekeluargaan
• Hindari Interupsi
• Hindari respon dengan kata hanya ya dan tidak (perawat kurang tertarik degan topik yang dibicarakan)
• Jangan memonopoli pembicaraan
• Hindari hambatan personal (Jika perawat menunjukan rasa tidak senang pada klien, maka hasil yang didapt tidak optimal)
c. Komunikasi melalui komputer
Melalui komputer, informasi-informasi terbaru dapat cepat didapatkan dengan menggunakan internet bila perawat mengalami kesulitan dalam menangani masalah klien

d. Komunikasi tentang kerahasiaan
Pasien yang masuk menyerahkan rahasia dan rasa percaya kepada Institusi. Oleh karena itu perawat harus berusaha menjaga dengan baik.
e. Komunikasi melalui sentuhan
Metode ini merupakan metode dalam mendekatkan hubungan antara pasien dan perawat. Sentuhan yang diberikan oleh perawat juga dapat sebagai terapipagi pasien, khusunya pasien dengan depresi, kecemasan dan kebingungan, dalam mengambil suatu keputusan.
f. Dokumentasi sebagai alat komunikasi
Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang dan akan dikerjakan oleh perawat.
Manfaat pendokumentasian ini adalah :
 Dapat digunakan ulang untuk keperluan yang bermanfaat
 Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat lainnya dan tenaga kesehatan apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien
 Manfaat dan data pasien yang akurat dan dapat dicatat.
g. Komunikasi perawat dan tim kesehatan lainnya
Komunikasi yang baik akan menungkatkan hubungan professional antar perawat dan tim kesehatan lainnya : dokter, ahli gizi, fisioterapis, dll.
Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari proses Manajemen Keperawatan. Komponen Utama pada tahap ini penilaian atau evaluasi terhadap hasil dari Implementasi, apakah sesuai dengan rencana atau tidak.Proses penilaian ini dapat diasumsikan sebagai penilaian kinerja. Penilaian kinerja ini merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh pimpinan perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan Produktivitasnya. Proses penilaian kinerja dapat digunakan secara efektif dalam mengarahkan perilaku staf dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan volume yang tinggi.
Melalui Evaluasi terhadap setiap pelaksanaan kerja staf, akan dapat membantu dalam proses penilaian kepuasan perawat, memperbaiki pelaksanaan kerja perawat, memberitahu perawat bahwa kerja mereka kurang memuaskan serta mempromosikan jabatan dan kenaikan gaji, mengenal pegawai yang memenuhi syarat penugasan khusus, serta menentukan palatihan dasar untuk karyawan yang memerlukan bimbingan khusus.
Dalam melaksanakan sistim penilaian kerja ini maka pimpinan perawat sebaiknya menetapkan orang yang akan bertanggung-jawab untuk mengevaluasi setiap pekerja.
Prinsip – prinsip penilaian
Menurut Gillies(1996) untuk mengevaluasi staf secara tepat dan adil, sebaiknya mengamati prinsip-prinsip tertentu ;
 Evaluasi pekerja sebaiknya didasarkan pada standar pelaksanaan kerja.Standar ini harus sudah disosialisasikan terlebih dahulu agar setiap staf mengetahui standar penilaian masung-masing
 Perawat sebaiknya diberikan salinan deskripsi kerjanya, salinan standar pelaksanaan kerja, dan bentuk evaluasi
 Didalam menuliskan penilaian pelaksanaan kerja staf, sebaiknya menunjukan segi-segi dimana pelaksanaan kerja itu bisa dikatakan memuaskan, dan perbaikan apa yang diperlukan, dan jika diperlukan dijelaskan pula daerah mana yang harus diprioritaslan
 Laporan evaluasi sebaiknya disusun dengan terencana
Proses Kegiatan Penilaian Kerja meliputi :
 Merumuskan tanggung-jawab dan tugas yang harus dicapai oleh staf keperawatan.Rumusan ini harus sudah disepakati dan harus dapat memberikan kontribusi berupa hasil.
 Menyepakati sasaran kerja dalam bentuk hasil yang harus dicapai oleh karyawan untuk kurun waktu tertentu dengan penempatan standar prestasi dan tolak ukur yang telah ditetapkan.Penilaian prestasi kerja dengan membandingkan prestasi yang sudah dicapai dengan standar ini.
 Melakukan monitoring, koreksi, dan memberikan kesempatan serta bantuan yang diperlukan.
 Memberikan umpan balik kepada staf yang dinilai.
Berbagai macam alat ukur atau instrumen dapat digunakan dalam evaluasi pelaksanaan kerja Staf keperawatan. Agar efektif, alat evaluasi sebaiknya dirancang bersama-sama dengan seluruh staf di dalam organisasi Keperawatan, hal ini agar semua staf mengetahui bagaimana atasan akan menilai prestasi mereka masing-masing dan untuk menghindari adanya unsur subyektifitas dalam penilaian.
Proses Keperawatan adalah metode di mana suatu konsep diterapkan dalam praktek keperawatan.Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan problem-solving yang memerlukan ilmu, teknik dan ketrampilan interpersonal dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasien.Di dalam proses Keperawatan ini terdiri dari lima tahap yang sequensial dan berhubungan.
Tahapan –tahapan di dalam proses keperawatan yaitu :
1. Pengkajian Keperawatan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Perencanaan Keperawatan
4. Implementasi
5. Evaluasi Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal di dalam proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistimatis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan Pasien.
Pengkajian merupakan dasar utama di dalam memberikan asuhan keperawatan oleh karena itu data yang diperoleh harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan diagnosa keperawatan.
Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan Pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.
Kriteria pengkajian keperawatan, meliputi :
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese, observasi, pemeriksaan fisik serta dari pemeriksaan penunjang
2. Sumber data adalah Pasien, keluarga, atau orang yang terkait, tim kesehatan, rekam medis, dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi
 Status kesehatan Pasien masa lalu
 Status kesehatan Pasien saat ini
 Status biologis-psikologis-sosial-spiritual
 Respon terhadap terapi
 Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
 Resiko-resiko tinggi masalah
PENGUMPULAN DATA (PULTA)
Ada dua tipe data
 Data Subyektif :
Data yang didapatkan dari Pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan kejadaian. Data ini bisa didapatkan dari riwayat keperawatan seperti persepsi Pasien, perasaan tentang status kesehatnnya. Informasi lainnya bisa didaptkan dari keluarga, konsultan, dan tenaga keehatan lainnya.
 Data Obyektif
Data yang didapatkan dari hasil observasi dan diukur.Informasi ini biasa didaptkan dari pemeriksaan fisik.
Fokus dalam pengumpulan data
 Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
 Pola koping sebelum dan sekarang
 Fungsi status sebelumnya dan sekarang
 Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
 Resiko untuk masalah potensial
 Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan Pasien.
Teknik Pemeriksaan fisik

IPPA : Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi

1. Inspeksi : Proses observasi secara sistimatik. Observasi menggunakan indra penglihatan, pendengaran dan penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data
2. Palpasi : Observasi menggunakan indra peraba.
3. Perkusi : Observasi dengan jalan mengetuk untuk membandingkan kiri kanan pada setiap daerah permukaan tubuh
4. Auskultasi : Observasi dengan jalan mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop


Pendekatan Pengkajian Fisik

1. Head to Toe : Observasi dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.(keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, telinga,hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal, genitalia, punggung.)
2. ROS : Observasi melalui sistim tubuh secara keseluruhan.(keadaan umum, tanda-tanda vital, sistim cardiovaskuler, sistim persyarafan, sistim perkencingan, sistim pencernaan, sistim reproduksi)

FORMAT PENGKAJIAN
(Pengorganisasian berdasarkan pola fungsi kesehatan dari Gordon)

DATA DASAR SEWAKTU MASUK RUMAH SAKIT

I.DATA UMUM

 Tanggal : ……… Jam :………..Keluarga yang dapat dihubungi :……...Telp :……..
 Masuk dari rumah sendirian :……dari rumah dengan keluarga:………. Jalan :………. Emergensi :……………..Alat yang digunakan :…………….. Kursi Roda : ……………...Ambulan :……………………………...Brankar :………………………
 Alasan masuk rumah sakit :………………………………………………….…
 Masuk rumah sakit terakhir tgl : ……………………. Alasan : ……………………
 Riwayat penyakit sekarang : …………………………………………………..
 Riwayat Pengobatan sebelumnya : Jenis obat : ………… Dosis :………Frekuensi :….


II.POLA FUNGSI KESEHATAN
 Persepsi terhadap kesehatan
Menggunakan
Tembakau(merokok) : …………………………………………………………
…………………………………………………………
Alkohol : …………………………………………………………
…………………………………………………………
Alergi (Obat, makan, lainnya) : ……………………. Reaksi : …………………………
…………………………………………………………
 Pola aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan diri:
Skor : 0=mandiri,1=dibantu sebagian,2=perlu bantuan orang lain,3=perlu bantuan orang lain dan alat,4=tergantung atau tidak mampu
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi dan kebersihan diri
Berpakaian dan berdandan
Eliminasi
Mobilisasi di tempat tidur
Ambulasi/berjalan
 Pola Istirahat dan tidur
Waktu tidur : …………………..Kualitas :……………….…Insomnia : ……………………
 Pola Nutrisi – Metabolik
Diet Khusus : ………………………………………………………………….
…………………………………………………………
Nafsu makan : …………………….Mual : ……………..Muntah :……………
Berat badan naik-turun :…………………………………………………………………...
…………………………………………………………
 Pola Eliminasi
Kebiasaan BAB :…………………………………………………………………
Kebiasaan BAK : …………………………………………………………………
Penggunaan Bantuan :……………… …………. Kateter : …………………………..





 Pola Kognitif
Status Mental : ………………………………………………………………..
Bicara : ………………………………………………………………..
Pendengaran : ………………………………………………………………..
Penglihatan : ………………………………………………………………..
III.Pemeriksaan Fisik
 Data Klinik
Usia :……………TB :…………….BB :……………………………
Temperatur : ………………: Nadi : ……………(kuat/lemah, teratur/tidak)
Tekanan Darah :…………………………………………………………………
 Pernapasan dan Sirkulasi
Frekuensi napas : …………………………………………………………………
Kualitas : …………………………………………………………………
Batuk : …………………………………………………………………
 Metabolik
 Kulit : …………………………………………………………………
Warna : …………………………………………………………………
Lecet : …………………………………………………………………
Bengkak : …………………………………………………………………
Bercak : …………………………………………………………………
 Mulut : …………………………………………………………………
Gusi : …………………………………………………………………
Gigi : …………………………………………………………………
 Persyarafan
Pupil : …………………………………………………………
Reaksi terhadap cahaya : …………………………………………………………
Mata : …………………………………………………………
 Muskulo
Keseimbangan : …………………………………………………………
Menggenggam : …………………………………………………………
Kemampuan otot kaki : …………………………………………………………

V. Informasi Lain
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
VI. Diagnosa
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………….
















2. DIAGNOSA

Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual dan potensial dimana berdasarkan pengalamannya, dia mampu dan mempunyai wewenang untuk memberikan tindakan keperawatan. Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
Kriteria Diagnosa
1. Proses diagnosa terdiri dari Analisis data,interpretasi data,Validasi Data, Perumusan Diagnosa keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan terdiri dari Masalah (P) : Menjelaskan masalah dan status kesehatan pasien secara jelas dan sesingkat mungkin; Penyebab (E) : Faktor klinik dan personal yang dapat merubah status kesehatan atau mempengaruhi perkembangan masalah ; dan Tanda atau Gejala (S), atau terdiri dari Masalah dan Penyebab (PE).
3. Bekerjasama dengan Pasien, dan petugas kesehatan lainnya untuk memvalidasi diagnosa keperawatan
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosa berdasarkan data terbaru.
Kriteria Penulisan Diagnosa Keperawatan
 Tulis masalah Pasien/perubahan status kesehatan pasien
 Masalah Klien didahului adanya penyebab dan keduanya dihubungkan dengan kata “sehubungan dengan”
 Defenisi karakteristik.Jika diikuti dengan penyebab kemudian dihubungkan dengan kata “ditandai dengan”
 Tulis istilah yang umum digunakan
 Gunakan bahasa yang tidak memvonis
Contoh langkah-langkah dalam merumuskan diagnosa Keperawatan dan Dokumentasinya:

1. Pengelompokan Data dan Analisa
 Data Subyektif :
“saya kira BB turun lebih dari 7 – 10 kg dalam 6 bulan terakhir, mungkin karena saya terlalu sibuk dengan pekerjaan, sehingga tidak sempat memperhatikan makanan”
 Data Obyektif
TB = 170 cm, BB = 50 kg
Ibu usia 35 tahun dengan anak kembar laki-laki usia 4 tahun, mulai kembali bekerja 7 bulan setelah melahirkan anaknya sebagai axecutive sekretaris.
2. Intepretasi
 Perubahan kebutuhan nutrisi
3. Validasi
 Akurat diagnosa : klien memvalidasi diagnosa dan setuju dengan faktor-faktor yang mendukung
Perawat : Anda kelihatan agak kurus
Pasien : Ya, saya tidak sempat memperhatikan makan akhir-akhir ini
Perawat : Tidak sempat memperhatikan makan
Pasien : Saya sering terlambat makan dan kadang sehari cuma makan sekali
4. Penyusunan diagnosa keperawatan
 Perubahan Nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan stress akibat pekerjaanya yang baru, konflik peran dan keinginan








3. PERENCANAAN

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada diagnosa keperawatan. Pada tahap ini Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan Pasien.

Kriteria Perencanaan meliputi :
1. Perencanaan terdiri dari
 Penetapan prioritas masalah : Berdasarkan hasil pengkajian perawat harus mampu mengidentifikasi respon pasien yang actual dan potensial yang memerlukan suatu tindakan.
 Menuliskan Tujuan/Kriteria hasil : Berdasarkan hasil diagnosa kemudian dituliskan bagaiman rencana tindakan yang akan diberikan kepada pasien. Sebagai contoh misalkan :
 Hasil Diagnosa : Perubahaan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan adanya kesukaran pasien untuk menguyah makanan
 Perencanaan : Mengkonsumsi 1800 kalori lembek dan makanan cair tiap 24 jam
 Rencana tindakan keperawatan : Desain spesifik intervensi untuk membantu pasien dalam mencapai kriteria hasil.
 Dokumentasi : Rencana tindakan yang sudah diimplementasikan harus ditulis dalam sebuah format agar dapat membantu perawat untuk memproses informasi yang didapatkan selama tahap pengkajian dan diagnosa keperawatan
2. Bekerjasama dengan Pasien dalam menyusun rencana tindakan keperawatan
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan Pasien.
4. Mendokumentasi rencana keperawatan

Karakteristik Pendokumentasian :
 Ditulis oleh perawat
Rencana tindakan disusun dan ditulis oleh perawat professional yang mempunyai dasar pendidikan yang memadai.
 Dilaksanakan setelah kontak pertamakali dengan klien
Segera setelah pengkajian, perawat harus memulai untuk mendokumentasikan diagnosa actual atau resiko, criteria hasil, dan rencana tindakan
 Diletakkan di tempat yang strategis
Rencana tindakan keperawatan harus disediakan bagi semua tenaga kesehatan yang terlibat.hal ini bisa diletakan pada catatan medis pasien, di tempat tidur atau di kantor perawat
 Informasi yang baru
Semua komponen rencana tindakan harus selalu diperbaharui.Diagnosa keperawatan,kriteria hasil, dan rencana tindakan yang tidak valid harus direvisi.

Contoh Dokumentasi di dalam Perencanaan Tindakan

RENCANA TINDAKAN

I. Daftar dan Jenis Masalah Aktual
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
II. Resiko dan Kemungkinan
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
III. Rencana Tindakan
Tahap 1
Tanggal/Jam : ……………………………………………………………………………….
Keterangan : ……………………………………………………………………………….
Tahap 2
Tanggal/Jam : ……………………………………………………………………………….
Keterangan : ……………………………………………………………………………….
Tanda-tanda vital (setiap pergantian dinas) :
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………












4. PELAKSANAAN

Pada tahap Pelaksanaan ini tugas Perawat adalah membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun.Perawat mengimplementasi tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan
Kriteria Implementasi :
1. Bekerjasama dengan Pasien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya untuk meningkatkan status kesehatan Pasien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi kesehatan Pasien
4. Melakukan supervise terhadap tenaga pelaksana keperawatan di bawah tanggung jawabnya.
5. Memberikan pendidikan pada Pasien dan keluarga mengenai konsep, ketrampilan asuhan diri serta membantu Pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan
6. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan berdasarkan respon Pasien.
Seluruh pelaksanaan tindakan keperawatan harus dikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses keperawatan.Setiap langkah di dalam pemberian tindakan atau intervensi harus ditandatangani oleh perawat yang melaksanakan tugas ini dan juga kepala ruangan sebagai penanggung-jawabnya.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai.
Perawat mengevaluasi kemajuan Pasien terhadap tindakan keperawatan dalam mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan perencanaan.
Kriteria Evaluasi
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu dan terus-menerus
2. Menggunakan data dasar dan respon Pasien dalam mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan
3. Memvalidasi dan menganalisa data baru
4. Mendokumentasikan hasil evalusi dan memodifikasi perencanaan

Ismar efendi Skep ners


(Sumber gambar : http://fotounikaneh.blogspot.com/2009_12_06_archive.html)
KONSEP DASAR KAMAR BEDAH

2.1 Kamar Operasi
2.1.1 Pengertian
Kamar Operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di rumah sakit yang diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan baik elektif atau akut yang membutuhkan keadaan suci hama atau steril.
2.1.2 Pembagian Daerah Sekitar Kamar Operasi
2.1.2.1 Daerah Publik
Daerah yang boleh dimasuki oleh semua orang tanpa syarat khusus.
Misalnya: kamar tunggu, gang, emperan depan komplek kamar operasi.
2.1.2.2 Daerah Semi Publik
Daerah yang bisa dimasuki oleh orang-orang tertentu saja, yaitu petugas. Dan biasanya diberi tulisan DILARANG MASUK SELAIN PETUGAS. Dan sudah ada pembatasan tentang jenis pakaian yang dikenakan oleh petugas ( pakaian khusus kamar operasi ) serta penggunaan alas kaki khusus di dalam.
2.1.2.3 Daerah Aseptik
Daerah kamar bedah sendiri yang hanya bisa dimasuki oleh orang yang langsung ada hubungan dengan kegiatan pembedahan. Umumnya daerah yang harus dijaga kesucihamaannya. Daerah aseptik dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Daerah Aseptik 0
Yaitu lapangan operasi, daerah tempat dilakukannya pembedahan.
2. Daerah aseptik 1
Yaitu daerah memakai gaun operasi, tempat duk / kain steril, tempat
instrument dan tempat perawat instrument mengatur dan mempersiapkan alat.
3. Daerah aseptik 2
Yaitu tempat mencuci tangan, koridor penderita masuk, daerah sekitar ahli anesthesia.
2.1.3 Bagian-bagian Kamar Operasi
Kamar operasi terdiri dari beberapa ruang baik itu di dalam kamar operasi
maupun di lingkungan kamar operasi, antara lain:
2.1.3.1 Kamar bedah
2.1.3.2 Kamar untuk mencuci tangan
2.1.3.3 Kamar untuk gudang alat-alat instrument
2.1.3.4 Kamar untuk sterilisasi
2.1.3.5 Kamar untuk ganti pakaian
2.1.3.6 Kamar laboratorium
2.1.3.7 Kamar arsip
2.1.3.8 Kamar Pulih Sadar (Recovery Room)
2.1.3.9 Kamar gips
2.1.3.10 Kamar istirahat
2.1.3.11 Kamar mandi (WC) dan Spoelhok (Tempat cuci alat)
2.1.3.12 Kantor
2.1.3.13 Gudang
2.1.3.14 Kamar tunggu
2.1.3.15 Ruang sterilisasi
2.1.4 Persyaratan Kamar Operasi
Kamar operasi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai
berikut:
2.1.4.1 Letak
Letak kamar operasi berada di tengah-tengah rumah sakit, berdekatan dengan Instalasi Rawat Darurat, ICU dan unit radiologi.
2.1.4.2 Bentuk dan Ukuran
1. Bentuk
a. Kamar operasi tidak bersudut tajam. Lantai, dinding. Langit-langit berbentuk lengkung dan wama tidak mencolok.
b. Lantai dan 2/3 dinding bagian bawah harus terbuat dari bahan yang keras, rata, kedap air, mudah dibersihkan dan tidak
menampung debu.
2. Ukuran
a. Kamar operasi kecil berukuran: 5,2 m x 5,6 m (29,1 m2)
b. Kamar operasi yang nyaman diperlukan kira-kira diperlukan luas 40 m2.
c. Kamar operasi untuk operasi besar diperlukan luas minimal 56 m2 (7,2 m x 7,8 m).
2.1.4.3 Sistem Penerangan
Sistem penerangan di dalam kamar operasi harus memakai lampu pijar putih dan mudah dibersihkan. Sedangkan lampu operasi memiliki persyaratan khusus, yaitu arah dan fokusnya dapat diatur, tidak menimbulkan panas, cahayanya terang dan tidak menyilaukan serta tidak menimbulkan bayangan. Pencahayaan antara 300 - 500 lux, meja operasi 10.000 - 20.000 lux.
2.1.4.4 Sistem Ventilasi
Sistem ventilasi di kamar bedah sebaiknya memakai system pengatur suhu sentral (AC sentral) dan dapat diatur dengan alat kontrol yang memakai filter (Ultra Clean Laminar Airflow), dimana udara dipompakan ke dalam kamar operasi dan udara di kamar operasi dihisap keluar.
2.1.4.5 Suhu dan Kelembaban
Suhu di kamar operasi di daerah tropis sekitar 19° - 22 ° C. Sedangkan di daerah sekitar 20°-24°C dengan kelembaban 55% (50 — 60%).
2.1.4.6 Sistem Gas Medis
Pemasangan sebaiknya secara sentral memakai system pipa, yang bertujuan untuk mencegah bahaya penimbunan gas yang berlebihan di kamar operasi bila terjadi kebocoran dan tabung gas. Pipa gas tersebut harus dibedakan warnanya.


2.1.4.7 Sistem listrik
Di dalam kamar operasi sebaiknya tersedia 2 macam voltage, yaitu 110 volt dan 220 volt. Karena alat-alat kamar operasi memiliki voltage yang
berbeda. Semua tombol listrik dipasang pada ketinggian 1,40 m dari lantai.
2.1.4.8 Sistem komunikasi
Sistem komunikasi di kamar operasi adalah sangat vital, terutama bila ada keadaan darurat maka mudah untuk melakukan komunikasi.
2.1.4.9 Peralatan
1. Semua peralatan yang ada di kamar operasi harus beroda dan mudah dibersihkan.
2. Semua peralatan harus terbuat dari bahan stainless steel agar mudah untuk dibersihkan.
3. Untuk alat-alat elektrik harus ada petunjuk penggunaan dan menempel pada alat agar mudah untuk penggunaan.
2.1.4.10 Pintu
1. Pintu masuk dan keluar penderita harus berbeda.
2. Pintu masuk dan keluar petugas harus tersendiri.
3. Semua pintu harus menggunakan door closer (bila memungkinkan).
4. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan di kamar operasi tanpa membuka pintu.
2.1.4.11 Pembagian area
1. Ada batas tegas antara area bebas terbatas. semi ketat, dan area ketat.
2. Ada ruang persiapan untuk serah terima pasien dan perawat ruangan kepada perawat kamar operasi.
2.1.4.12 Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
1. Tidak berwama, berbau dan berasa.
2. Tidak mengandung kuman pathogen
3. Tidak mengandung zat kimia
4. Tidak mengandung zat beracun
2.1.4.13 Penentuan Jumlah Kamar Operasi
Setiap rumah sakit merancang kamar operasi disesuaikan dengan bentuk dan lahan yang tersedia, sehingga dikatakan bahwa rancang bangun kamar operasi setiap rumah sakit berbeda, tergantung dari besar atau tipe rumah sakit tersebut.
Makin besar rumah sakit tentu membutuhkan jumlah dan luas kamar bedah yang lebih besar. Jumlah kamar operasi tergantung dari berbagai hal yaitu :
1. Jumlah dan lama waktu operasi yang dilakukan.
2. Jumlah dokter bedah dan macam spesialisasi serta subspesialisasi bersama fasilitas penunjang.
3. Pertimbangan antara operasi berencana dan operasi segera.
4. Jumlah kebutuhan waktu pemakaian kamar operasi baik jam per hari maupun perminggu.
5. Sistem dan prosedur yang ditetapkan untuk arus pasien, petugas dan penyediaan peralatan.

2.2 Personil Kamar Operasi
2.2.1 Jenis Tenaga
Jenis tenaga adalah personil yang boleh masuk di dalam kamar operasi baik
tim inti maupun tim penunjang, antara lain:
2.2.1.1 Tim Bedah
1. AhIi bedah.
2. Asisten ahli bedah.
3. Perawat Instrumen (Scrub Nurse).
4. Perawat Sirkuler.
5. Ahli anestesi.
6. Perawat anestesi.
2.2.1.2 Staf Perawat Operasi terdiri dari :
1. Perawat kepala kamar operasi.
2. Perawat pelaksana.
3. Tenaga lain terdiri dari :
a. Pekerja kesehatan.
b. Tata usaha.
c. Penunjang medis.
2.2.2 Tanggung Jawab
2.2.2.1 Kepala kamar operasi
1. Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang bertanggung jawab dan berwenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan di kamar operasi.
2. Tanggung jawab
Secara fungsional bertanggung jawab kepala bidang keperawatan, melalui kepala seksi perawatan. Secara professional bertanggung jawab
kepada kepala instansi kamar operasi.
3. Tugas
a. Perencanaan
1) Menentukan macam dan jumlah pelayanan pembedahan.
2) Menentukan macam dan jumah alat yang diperlukan sesuai spesialisasinya.
3) Menentukan tenaga perawat bedah yang dibutuhkan.
4) Menampung keluhan penderita secara aktif.
5) Bertanggungjawab terlaksananya operasi sesuai jadwal.
6) Menentukan pengembangan pengetahuan petugas dan peserta didik.
7) Bekerja sama dengan dokter tim bedah dan kepala kamar operasi dalam menyusun prosedur dan tata kerja di kamar operasi.
b. Pengarahan
1) Memantau staf dalam penerapan kode etik kamar bedah.
2) Mengatur pelayanan pembedahan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan team.
3) Membuat jadwal kegiatan.
4) Pemanfaatan tenaga seefektif mungkin.
5) Mengatur pekerjaan secara merata
6) Memberikan bimbingan kepada peserta didik.
7) Memantau pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada stafnya.
8) Mengatur pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien.
9) Menciptakan suasana kerja yang harmonis.
c. Pengawasan
1) Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai.
2) Mengawasi penggunaan alat dan bahan secara tepat.
3) Mempertahankan kelengkapan bahan dan alat.
4) Mengawasi kegiatan team bedah sehubungan dengan tindakan pembedahan.
5) Menyesuaikan tindakan di kamar bedah dengan kegiatan di bagian lain.
d. Penilaian.
1) Menganalisa secara kontinyu jalannya team pembedahan.
2) Menganalisa kegiatan tata laksana kamar operasi yang berhubungan dengan penggunaan alat dan bahan secara efektif dan hemat.
2.2.2.2 Perawat Instrument / Scrub Nurse
1. Pengertian
Seorang tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan ditugaskan dalam mengelola paket alat pembedahan. selama tindakan pembedahan berlangsung.
2. Tanggung jawab
Secara administrative dan kegiatan keperawatan, bertanggung jawab kepada kepala kamar operasi. dan secara operasional tindakan bertanggung jawab kepada ahli bedah dan perawat kepala kamar operasi.



3. Tugas
a. Sebelum Pembedahan
1) Melakukan kunjungan pasien minimal sehari sebelum pembedahan.
2) Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai seperti kebersihan ruangan, peralatan, meja mayo atau instrumen, meja operasi, lampu operasi, mesin anesthesi, suction pump, dan gas medis.
3) Menyiapkan set instrumen steril sesuai dengan jenis pembedahan.
4) Menyiapkan bahan desinfektan dan bahan lain sesuai dengan keperluan operasi.
5) Menyiapkan sarung tangan dan alat tenun steril.
b. Saat Pembedahan
1) Memperingatkan team steril jika terjadi penyimpangan prosedur aseptik.
2) Membantu mengenakan gaun dan sarung tangan steril untuk ahli bedah dan asisten bedah.
3) Menata instrumen di meja mayo dan meja instrumen.
4) Memberikan desinfektan untuk desinfeksi lapangan operasi.
5) Memberikan duk steril untuk drapping.
6) Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai dengan kebutuhan.
7) Memberikan bahan operasi sesuai dengan kebutuhan.
8) Mempertahankan instrumen dalam keadaan tersusun secara sistematis.
9) Mempertahankan kebersihan dan sterilisasi alat instrumen.
10) Merawat luka secara aseptik.
c. Setelah Pembedahan
1) Memfiksasi drain.
2) Membersihkan kulit pasien dari sisa desinfektan.
3) Mengganti alat tenun dan paju pasien lain dipindahkan ke brankart.
4) Memeriksa dan menghitung instrumen lalu mencucinya.
5) Memasukkan alat instrumen ke tempatnya untuk distenilisasi
2.2.2.3 Perawat Sirkuler / Circulating Nurse
1. Pengertian
Tenaga perawat professional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab membantu kelancaran pelaksanaan tindakan pembedahan.
2. Tanggung jawab
Secara administrative dan operasional bertanggung jawab kepada
perawat kepala kamar operasi dan kepada abli bedah.
3. Tugas
a. Sebelum pembedahan
1) Menerima Pasien di ruang persiapan Kamar Operasi
2) Memeriksa kelengkapan operasi meliputi :
a) Kelengkapan dokumentasi medis, antara lain :
(1) Surat persetujuan tindakan medis (operasi)
(2) Hasil pemeriksaan laboratorium terakhir
(3) Hasil pemeriksaan radiologi (fob x-ray)
(4) Hasil pemeriksaan ahli anestesi (pra visite anestesi)
(5) Hasil konsultasi ahli lain sesuai kebutuhan
b) Kelengkapan obat - obatan, cairan dan alat kesehatan
c) Persediaan darah (bila diperlukan)
3) Memeriksa persiapan fisik
4) Melakukan serah terima pasien dan perlengkapan untuk pembedahan dengan perawat premedikasi
5) Memberikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan, tim bedah yang akan menolong dan fasilitas
kamar operasi
b. Saat pembedahan
1) Mengatur posisi pasien sesuai jenis pembedahan dan bekerjasama dengan petugas anestesi
2) Membuka set steril yang dibutuhkan dengan memperhatikan teknik aseptik
3) Membantu mengikatkan tali gaun bedah
4) Memasang plate mesin diatermi
5) Setelah draping, membantu menyambungkan slang suction dan senur diatermi
6) Membantu menyiapkan cairan dan desinfektan pada mangkok steril
7) Mengambil instrument yang jatuh dengan menggunakan alat dan memisahkan dari instrument yang steril
8) Mengumpulkan dan menyiapkan bahan pemeriksaan
9) Menghubungi petugas penunjang medis (petugas PA) bila diperlukan
10) Menghitung dan mencatat pemakaian kasa, bekerjasama dengan perawat instrument
11) Memeriksa kelengkapan instrument dan kasa bersama perawat instrument agar tidak tertinggal dalam tubuh pasien sebelum luka operasi ditutup
c. Setelah pembedahan
1) Membersihkan dan merapikan pasien yang sudah selesai dilakukan pembedahan
2) Memindahkan pasien dari meja operasi ke brancard dorong yang telah disiapkan
3) Meneliti, menghitung dan mencatat obat-obatan, cairan serta alat yang telah diberikan kepada pasien
4) Mendokumentasikan tindakan keperawatan selama pembedahan antara lain :
• Identitas pasien (nama pasien, jenis kelamin, umur, nomor dokumen medik, ruangan dirawat, tanggal mulai dirawat dan alamat).
• Diagnosa pra bedah
• Jenis tindakan
• Jenis operasi (bersih, bersih kontaminasi, kontaminasi, kotor)
• Dokter anestesi
• Tim bedah (operator, asisten operator, perawat
instrument)
• Waktu operasi (mulai induksi, mulai incisie, selesai
operasi)
• Golongan operasi (khusus, besar, sedang, kecil)
• Bahan cairan yang dipakai (povidone iodine, alkohol,
perhidrol, NaCl, chlorhexidine gluconate)
• Pemakalan pisau bedah
• Pemakaian catheter
• Pemakaian benang bedah
• Pemakaian alat-alat lain
• Keterangan (berisi catatan penting selama proses pembedahan)
4. Membantu perawat instrument membersihkan dan menyusun instrument yang telah digunakan kemudian alat disterilkan
5. Membersihkan selang dan botol suction dari sisa jaringan serta cairan operasi
6. Mensterilkan selang suction yang dipakai langsung pasien
7. Membantu membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan
2.2.2.4 Perawat Anestesi
1. Pengertian
Tenaga keperawatan profesional yang diberi wewenang dan tanggung
jawab dalam membantu terselenggarakannya pelaksanaan tindakan pembiusan di kamar operasi.
2. Tanggung jawab
Secara administrative dan kegiatan keperawatan bertanggung jawab kepada kepala perawat kamar operasi dan secara operasional bertanggung jawab kepada ahli anestesi / ahli bedah dan kepala perawat kamar operasi.
3. Tugas
a. Sebelum Pembedahan
1) Melakukan kunjungan pra anesthesi untuk menilai status fisik pasien.
2) Menerima pasien di ruang penerimaan kamar operasi.
3) Menyiapkan kelengkapan alat dan mesin anesthesi.
4) Memasang infus atau transfusi darah.
5) Memberikan premedikasi sesuai dengan program dokter anesthesi.
6) Menyiapkan kelengkapan meja anesthesi dan mesin suctionnya.
7) Memonitor kondisi fisik dan tanda vital pasien.
8) Memindahkan pasien ke meja operasi.
9) Menyiapkan obat anesthesi dan membantu ahli anesthesi dalam proses induksi.
b. Saat Pembedahan
1) Membebaskan jalan napas dengan mengatur posisi pasien
dan ETT.
2) Memenuhi keseimbangan gas medis.
3) Mengatur keseimbangan cairan dengan menghitung input
dan output.
4) Memantau tanda-tanda vital.
5) Memberikan obat-obatan sesuai dengan program dokter
anesthesi.
6) Memantau efek obat anesthesi.
c. Setelah Pembedahan
1) Mempertahankan jalan napas pasien.
2) Memantau tingkat kesadaran pasien.
3) Memantau dan mencatat perkembangan pasien post operasi.
4) Memantau pasien terhadap efek obat anesthesi.
5) Memindahkan pasien ke ruang pulih sadar.
6) Merapikan dan membersihkan alat anesthesi.
7) Mengembalikan alat anesthesi ke tempat semula

2.3 Etika Kerja
2.3.1 Pengertian
Yang dimaksud dengan etika kerja adalah nilai-nilai/norma tentang sikap perilaku/budaya yang baik yang telah disepakati oleh masing-masing kelompok profesi dikamar operasi. Adapun tujuannya adalah agar anggota tim melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya dengan baik serta penuh kesadaran terhadap pasien dan keluarga.
2.3.2 Ruang Lingkup
2.3.2.1 Persetujuan Operasi
Persetujuan Operasi dari pasien atau keluarga merupakan hal yang mutlak
diperlukan sebelum pembedahan dilaksanakan untuk menghindari tim
bedah/rumah sakit dari tuntutan hukum bila ada hal-hal yang terjadi
sehubungan dengan operasi yang dilakukan serta untuk melindungi pasien
dari mal praktek.
1. Setiap tindakan pembedahan kecil, sedang maupun besar harus ada
persetujuan operasi secara tertulis.
2. Persetujuan operasi ini berdasarkan Ketentuan Permenkes No.585/MEN/KES/PER/1989. Perihal: Persetujuan tindakan medik.
3. Persetujuan operasi diperoleh dari pasien/keluarga yang bersangkutan
atau perwalian yang sah menurut hukum.
4. Dalam keadaan emergency pasien tidak sadar, tidak ada
keluarga/perwalian persetujuan operasi dapat diberikan oleh pimpinan
Rumah Sakit yang bersangkutan / pejabat yang berwenang.
5. Pasien harus mendapat informasi yang lengkap dan jelas tentang
prosedur tindakan pembedahan yang akan dilakukan serta akibatnya.
6. Persetujuan operasi merupakan dasar pertanggung jawaban yang sah
bagi dokter kepada pasien/keluarga/wali.
7. Persetujuan operasi harus disimpan dalam berkas dokumen
pasien/rekam medik.
2.3.2.2 Tata tertib kamar operasi
Tata tertib kamar operasi yang perlu ditaati :
1. Semua orang yang masuk kamar operasi, tanpa kecuali wajib memakai baju khusus sesuai dengan ketentuan.
2. Semua petugas memahami tentang adanya ketentuan pembagian area kamar operasi dengan segala konsekwensinya dan memahami
ketentuan tersebut.
3. Setiap petugas harus memahami dan melaksanakan tehnik aseptik sesuai dengan peran dan fungsinya.
4. Semua anggota tim harus melaksanakan jadwal harian operasi yang telah dijadwalkan oleh kepala kamar operasi.
5. Perubahan jadwal operasi harian yang dilakukan atas indikasi kebutuhan dan kondisi pasien harus ada persetujuan antara ahli bedah
dan kepala kamar operasi.
6. Pembatalan jadwal harus dijelaskan oleh ahli bedah kepada pasien dan keluarga.
7. Setiap petugas kamar operasi harus bekerja sesuai dengan uraian tugas yang diberlakukan.
8. Setiap perawat dikamar operasi harus melaksanakan asuhan keperawatan preoperatif sesuai dengan peran dan fungsinya, agar dapat
memberikan asuhan keperawatan secara paripuma.
9. Setiap petugas melaksanakan pemeliharaan alat-alat dan ruangan kamar operasi dengan penuh tanggung jawab dan disiplin.
10. Setiap tindakan yang dilakukan dan peristiwa yang terjadi selama pembedahan harus dicatat dengan teliti.
11. Anggota tim bedah mempunyai kewajiban untuk menjamin adanya kerahasiaan informasi/data pasien yang diperoleh pada waktu
pembedahan terhadap pihak yang tidak berkepentingan.
12. Khusus pada pasien dengan pembiusan regional (Lumbal
anastesi) perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : Tim bedah harus bicara seperlunya, karena pasien dapat melihat don mendengar keadaan sekitarnya.
13. Ahli anastesi harus menjelaskan kepada pasien/keluarga tentang efek obat bius yang digunakan dan hal-hal yang harus ditaati.

2.4 Pembersihan Kamar Operasi
2.4.1 Pengertian
Kamar operasi secara rutin dan periodik selalu dibersihkan secara
teratur. ini bertujuan untuk tetap mempertahankan sterilisasi kamar operasi,
sehingga dapat dicegah infeksi nosokomial yang bersumber dan kamar operasi.
2.4.2 Macam Pembersihan Kamar Operasi
2.4.2.1 Pembersihan rutin / harian.
2.4.2.2 Pembersihan mingguan.
2.4.2.3 Pembersihan sewaktu.
2.4.2.4 Sterilisasi ruangan.
2.4.2.5 Perawatan perlengkapan kamar operasi
1) Meja operasi.
2) Meja instrument.
3) Mesin anesthesia dengan kelengkapan.
4) Meja mayo.
5) Lampu operasi.
6) Suction pump.
7) Diathermi.
8) Standart infus
9) Waskum dan standartnya.
10) Monitor ECG.
11) Tempat sampah dan standartnya.
12) Jam dinding.
13) Lampu penerangan.
14) Tempat alat tenun kotor.


2.5 Cuci Tangan Pembedahan
2.5.1 Pengertian
Cuci tangan pembedahan adalah membersihkan tangan dengan menggunakan sikat steril dan larutan desinfektan dibawah air mengalir dengan prosedur tertentu.
2.5.2 Tujuan
Tujuan cuci tangan adalah untuk menurunkan populasi kuman yang ada
ditangan.
2.5.3 Persiapan
1. Wastafel dengan air mengalir dan bersih,
2. Sikat steril.
3. Sabun / larutan disinfektan (chlorhexidine gluconate 10%)
4. Handuk / waslap steril.
5. Pemotong kuku
6. Jam dinding
7. Cermin
2.5.4 Cara Cuci Tangan
1. Lepas semua perhiasan yang ada ditangan (jam tangan, gelang, cincin).
2. Basahilah tangan sampai siku dengan menggunakan air bersih yang mengalir (tempat cuci tangan khusus).
3. Teteskan bahan antiseptik di telapak tangan.
4. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
5. Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri, kemudian diulangi dengan sebaliknya yaitu tangan kiri diatas punggung tangan kanan.
6. Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari disilangkan.
7. Gosok punggung jari-jari tangan berhadapan dengan telapak tangan, jari-jari saling terkunci.
8. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri berurutan sampai kelingking dan sebaliknya.
9. Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan, kedepan dan kebelakang pada permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknva.
10. Bilas dengan air bersih yang mengalir.
11. Ambil sikat steril dan ditetesi larutan antiseptik.
12. Sikat ujung kuku, setelah itu telapak tangan kemudian secara berurutan sikat setiap jari, diantara jari dan punggung tangan, lanjutkan menyikat lengan atas sampai sedikit dibawah siku selama ±30 detik, jangan kembali ke tangan atau daerah pergelangan tangan yang sudah selesai disikat.
13. Pindahkan menyikat pada tangan yang belum disikat dengan cara seperti diatas.
14. Bilas kedua tangan pada air bersih yang mengalir.
15. Ulangi lagi mencuci tangan dengan menetesi bahan antiseptik di telapak tangan.
16. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri.
17. Gosokkan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kiri kemudian diulangi dengan sebaliknya, yaitu tangan kiri diatas punggung tangan kanan.
18. Gosokkan telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari disilangkan.
19. Gosok punggung jari-jari tangan kanan berhadapan dengan telapak tangan jari-jari saling terkunci.
20. Putar dan gosok jempol tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya.
21. Putar dan gosok ujung jari-jari dan jempol tangan kanan ke depan dan kebelakang pada permukaan telapak tangan kiri dan sebaliknya.
22. Bilas dengan air bersih yang mengalir dan posisi jari tangan lebih tinggi dari posisi siku.
23. Hindarkan tangan yang sudah dicuci tersentuh dengan benda disekitamva.
24. Setelah selesai mencuci tangan, keringkan dengan handuk steril satu persatu dari ujung jari menuju ke lengan dengan cara memutar pada tangan kanan dan sebaliknya, kernudian handuk dipisahkan dari benda stenil.
25. Posisi tangan setelah cuci tangan harus lebih tinggi dari siku tangan.

2.6 Memakai Gaun Bedah
2.6.1 Pengertian
Adalah memakai / memasang baju steril pada diri sendiri atau orang lain
setelah cuci tangan, dengan prosedur tertentu agar lokasi pernbedahan bebas dan mikroorganisme.
2.6.2 Tujuan
1. Untuk menghindari kontaminasi.
2. Agar tidak terjadi path luka operasi.
3. Agar lokal pembedahan dalam keadaan aseptik.
2.6.3 Persiapan
1. Baju steril dalam bungkusan set steril.
2. Teman kerja (perawat sirkulasi) untuk membantu mengikat tali baju.
2.6.4 Pelaksanaan
2.6.4.1 Memakai baju steril untuk baju sendiri
1. Cuci tangan dan pembedahan.
2. Buka bungkusan steril yang berisi baju steril oleh perawat sirkulasi
3. Ambil baju steril secara aseptic yaitu pegang baju pada garis leher bagian dalam dengan menggunakan tangan kiri dan posisi tangan
kanan tetap setinggi bahu.
4. Buka lipatan baju dengan cara melepaskan bagian yang terjepit tangan dan jangan sampai terkontaminasi.
5. Tangan kiri tetap memegang bagian leher baju kanan dan masukkan tangan kanan ke lubang lengan baju kanan, diikuti dengan tangan kiri dimasukkan ke lengan kiri.
6. Perawat sirkulasi berdiri dibelakangnya untuk membantu mengikat tali baju dengan menarik bagian belakang leher baju.
7. Buka tali ikat pinggang, berikan salah satu ujung tali tersebut pada perawat sirkulasi.
8. Dengan korentang tali tersebut terjepit, orang yang memakai baju memutarkan badannya, kemudian mengambil tali dan jepitan serta mengikat tali tersebut. Pada saat rnemutar tidak boleh terjadi kontaminasi.
2.6.4.2 Memakaikan pada orang lain :
1. Setelah kita memakai baju dan sarung tangan steril ambil baju dengan menggunakan bagian luarnya.
2. Buka lipatan gaun dengan hati-hati dengan rnemegang pada leher.
3. Buka lubang masuk tangan dengan sisi dalam menghadap pada yang akan dipasang, lakukan dengan hati - hati sehingga tidak menyentuh tangan.
4. Pertahankan tangan kita pada area luar gaun dengan lindungan lengan gaun, hadapkan sisi gaun pada yang dipasang, dia akan memasukkan tangannya pada gaun masuk.
5. Setelah tangan kanan dan kiri masuk, sambil diangkat kedua lengan direntangkan supaya gaun masuk. Perawat sirkulasi membantu dari sisi dalam dan kemudian mengikat tali gaun. Buka ikat pinggang lalu
berikan salah satu pada yang dipasang dan disuruh berputar dan
berikan dan diikat.

2.7 Memakai Sarung Tangan Steril
2.7.1 Pengertian
Adalah memasang sarung tangan steril pada tangan sendiri atau orang
lain yang dicuci dengan prosedur tertentu.
2.7.2 Tujuan
1. Untuk menghindari kontaminasi.
2. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada luka operasi.
2.7.3 Persiapan
Sarung tangan steril sesuai ukuran pada tempatnya.
2.7.4 Pelaksanaan
2.7.4.1 Teknik memakai sarung tangan sendiri :
1. Teknik memakai sarung tangan terbuka
a. Dengan tangan kiri, ambilah sarung tangan kanan pada lipatan, kemudian memasukkan tangan kanan.
b. Tangan kanan mengambil sarung tangan kiri dengan menyelipkan jari-jari di bawah lipatan sarung tangan tersebut.
c. Cuff baju (ujung lengan baju) harus masuk kedalam sarung tangan tersebut. Kita harus ingat bahwa tangan kita sudah steril,
maka harus hati-hati tidak boleh terkontaminasi
2. Teknik memakai sarung tangan tertutup
a. Buka tangan kiri yang sudah memakai gaun bedah sebatas kelihatan jari saja, tangan kanan tetap tertutup dalam cuff gaun bedah, tangan kanan mengambil sarung tangan steril bagian kiri
dan letakkan di atas telapak tangan kiri.
b. Bagian jari tangan kiri yang sudah terbuka, masukkan ke dalam
sarung tangan tersebut, kemudian tangan kanan menarik pangkal
sarung tangan bagian luar/bagian punggung untuk menutupi
bagian punggung jari tangan kiri tersebut. Setelah tertutup
langkah selanjutnya menarik pangkal sarung tangan bagian
dalam/bagian telapak tangan untuk menutupi bagian telapak jari
kiri tersebut.
c. Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kanan
yang masib tertutup. tarik lengan gaun bedah tangan kiri
bersamaan dengan pangkal sarung tangan tank mendekati tubuh
(menarik lengan tersebut ke pangkal lengan) sambil jari tangan
kiri dibuka agar bagian jari tangan bisa langsung masuk ke
bagian jari sarung tangan.
d. Setelah lengan kiri terpasang, selanjutnya tangan bagian kanan di buka hanya sebatas kelihatan jari saja.
e. Letakkan sarung tangan bagian kanan di atas telapak tangan kiri menarik pangkal sarung tangan bagian luar sampai menutupi bagian punggung tangan kanan dan tarik pangkal sarung tangan bagian dalam untuk menutupi bagian telapak tangan kanan.
f. Setelah tertutup bagian jari, dengan menggunakan tangan kiri
yang sudah terpasang sarung tangan steril, tarik lengan
gaun bedah tangan kanan bersamaan dengan pangkal sarung tangan tarik mendekati tubuh (menarik lengan tersebut ke pangkal lengan) sambil jari tangan kanan dibuka agar bagian jari tangan bisa langsung masuk ke bagian jari sarung tangan.
g. Atur dan kencangkan sarung tangan tersebut apabila masih belum nyarnan di pakai.
2.7.4.2 Teknik memakaikan sarung tangan ke orang lain
1. Setelah perawat instrument memakai gaun bedah dan sarung tangan steril, kemudian menyiapkan sarung tangan steril kepada operator dan asisten operator setelah memakaikan gaun bedah steril.
2. Buka bagian lengan tangan kanan operator/asisten operator
sebatas jari tangan saja.
3. Buka pangkal sarung tangan bagian kanan tersebut secara melebar dengan posisi sarung tangan sesuai posisi pemakai.
4. Masukkan sarung tangan tersebut ke tangan pemakai, sampai ujung jari tangan pemakai tanpa sentuh.
5. Untuk memakaikan sarung tangan bagian kiri caranya seperti pada memakaikan sarung tangan bagian kanan juga tanpa sentuh
Catatan :
1. Ukuran sarung harus sesuai dengan ukuran tangan pemakai
2. Ukuran sarung tangan orang asia dimulai dari ukuran 5,5 sampai dengan 8,5.

2.8 Cairan Desinfektan
Cairan desinfektan yang biasa dan sering dipakai di dalam kamar operasi antara lain:
1. Savlon pekat dapat membunuh kuman biasa tetapi tidak dapat membunuh
TBC, Spora dan Virus hepatitis (sesuai dengan petunjuk pemakaian).
2. Betadin 10 % dan yodium 2% mempunyai efek kerja yang sama.
3. Alkohol 70%.
a. Tidak dapat membunuh spora dan virus hepatitis.
b. Dapat membunuh kuman biasa pseudomorus deroginosa dan basil
TBC.
4. Cidex
a. Dapat membunuh semua jenis kuman dan virus.
b. Mempunyai efek yang lebih baik diantara desinfektan yang ada.
c. Tidak boleh dipakai langsung ke badan rnanusia.
5. Fenol
a. Dapat membunuh kuman biasa pseroginosa dan basil TBC.
b. Tidak dapat mernbunuh sproa dan virus hepatitis B.
c. Sedikit berefek membunuh euycetes.
6. Presept
a. Dapat membunuh bakteri, spora, jamur, protozoa, virus.
b. Sangat efektif untuk virus AIDS, Hepatitis B.
e. Desinfektan dalam bentuk tablet dapat dicampur dengan aniomic dan non-ionic detergen.
d. Untuk desinfektan di permukaan, peralatan dan perlengkapan rumah sakit, laboratorium.
7. Formalin
a. Tablet

b. Cair


2.9 Teknik Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses teknik penghancuran microorganisme termasuk fungsi spora dan virus dengan tujuan membunuh micro organisme dan mencegah timbulnya infeksi akibat pemakaian alat pembedahan.
2.9.1 Teknik Panas
1. Uap panas dengan tekanan tinggi memakai autoclave, cara ini sangat
efisien dalam banyak hal.
2. Panas kering dengan menggunakan oven panas, tidak dapat untuk mensterilkan plastik dan karet.
3. Merebus dengan air mendidih memakai sterilisator.

2.9.2 Teknik penyinaran ditujukan untuk sterilisasi ruangan
1. Dengan menggunakan sinar ultra violet.
2. Dengan memakai sinar elektron.
2.9.3 Teknik Kimia
1. Dengan menggunakan uap kimia (formalin).
2. Dengan menggunakan larutan kimia (cidex).
3. Dengan menggunakan gas ethelin oxida (EO).

2.10 Benang pembedahan
2.10.1 Asal / bahan benang
1. Logam (wire).
2. Tumbuh-tumbuhan : katun, sutra.
3. Submukosa usus mamalia: catgut plain, catgut chrome.
4. Sintetis : dexon, nylon, prolene, vicril.
2.10.2 Menurut penyerapan
1. Diserap (absorbic).
2. Tidak diserap (non absorbic) sutra, dermalon.
2.10.3 Penampang benang
1. Monofilament : dermalon.
2. Polifilament : sutra, dexon, vicryl.
2.10.4 Ukuran diameter benang : 2,1,0,1/0,2/0,3/0,4/0,5/0 …….0/0 mm).


2.11 Set Standart Pembedahan
2.11.1 Pengertian
Berstandart adalah instrument dan alat tenun yang digunakan untuk tindakan pembedahan tertentu.
2.11.2 Tujuan
Agar tersedianya alat sesuai dengan jumlah dan jenis, kebutuhan untuk memperlancar pelaksanaan tindakan pembedahan serta menciptakan suasana yang harmonis dan kepuasan kerja.
1. Linen
Linen set terdiri dari :
a. Linen besar 4 Buah
b. Linen kecil 13 Buah
c. Gaun operasi 5 Buah
d. Sarung meja mayo 1 Buah
2. Pembagian alat instrument
a. Instrument dasar
Instrument dasar ini dipergunakan untuk pembedahan yang sifatnya
sederhana dan tidak memerlukan instrument tambahan. Instrument
dasar ini terdiri dari :
1) Desinfeksi klem : 1
2) Dock kiem : 6
3) Handvet mes no 4 : 2
4) Handvet mes no 3 : 2
5) Pinset anatomi : 2
6) Pinset chirurgie : 2
7) Vanpean lurus : 6
8) Vanpean bengkok : 6
9) Van kocher lurus : 6
10) Van kocher bengkok : 6
11) Macam-macam gunting :
a) Gunting preparasi : 1
b) Gunting metzemboun : 1
c) Gunting benang : 1
12) NaId voelder : 2
13) Macam-macam wound haag :
a) Wound haag gigi 4 tajam : 2
b) Wound haag gigi 4 tumpul : 2
c) Wound haag rowhaag : 2
d) Langen back : 2
b. Instrument tambahan
Alat-alat yang digunakan untük tindakan pembedahan yang sifatnya
kompleks dalam macam dan jenis pembedahannya. Instrumen
tambahan pada
1). Instrument tambahan untuk Bedah Saraf
a). Curetage 1
b). Rasparatorium 1
c). Knabel 4
d). Hayet 2
e). Spring hak 2
f). Elevator 1
g). Laila hak 1
2). Instrument tambahan Khusus
a).Gunting mikro 1 buah
b).Cutting Lup 1 buah
c). Rascel 1 buah
d). Reseptor 1 buah
3). Instrumen tambahan untuk basic fragmen
a). Drill (bor) elektrik
b). Twist drill bit (mata bor)  3,5 mm
c). Depth gauge for screw (pengukur)
d). Tap for  4,5mm
e). Sleeve drill bit for  3,5mm
f). Sleeve tap for  4,5 mm
g). Screw driver
h). Screw dan plate
4). Instrumen tambahan small fragmen :
a). Drill (bor) elektrik
b). Twist drill bit (mata bor)  2,7 mm
c). Depth gauge for screw (pengukur)
d). Tap for 3,5 mm
e). Sleeve drill bit for  2,7mm
f). Sleeve tap for  3,5 mm
g). Screw driver
h). Screw dan plate
c. Macam-macam alat dan bahan steril yang diperlukan untuk tindakan
pembedahan.
1) Bengkok
2) Cucing
3) Kassa dan deppers
4) Mest no. 20
5) Sarung tangan berbagai ukuran
6) Diathermie (monopolar dan bipolar)
7) Selang dan canule suction
8) Korentang dan tempatnya
9) Washlap
10) Macam-macam spuit
11) Larutan desinfektan (povidone iodine 10%)
12) Cairan NaCI 0,9%
13) Jarum jahitan besar  ½ lingkaran round dan cutting
14) Folley catheter
15) Macam-macam benang
d. Alat penunjang non steril
1) Gunting verban
2) Hypafix
3) Tempat sampah
4) Suction pump
5) Mesin diathermi dan plat diathermi

2.12 Peralatan Di Kamar Operasi
1. Kamar bedah paling sedikit harus dilengkapi :
a. Meja operasi.
b. Lampu operasi.
c. Meja alat-alat dan instrument.
d. Alat penghisap.
e. O2 dalam tabung.
f. Peralatan anestesi.
g. Standard infus.
h. Standard lampu.
i. Waskom + standard.
j. Tempat sampah.
k. Diatermi.
2. Kamar cuci tangan ( Scrub-Up )
a. Wastafel dengan krannya untuk 2 orang.
b. Perlengkapan cuci tangan ( sikat kuku dalam tempatnya ) dan bahan untuk cuci tangan.
c. Skort plastik / karet.
d. Handuk.
3. Kamar sadar kembali (recorvery)
a. Ternpat tidur beroda.
b. Perlengkapan untuk infus.
c. Perlengkapan premudikasi.
d. Oksigen (O2).
e. Perlengkapan observasi.
f. Obat-obatan.
4. Kamar sterilisasi di tempat
a. Tempat untuk merendam alat-alat.
b. Peralatan untuk mencuci sarung tangan.
c. Sterilisator.
d. Autoclave.
e. Lemari.
f. Tempat untuk kasa dan alat-alat tenun.
g. Alat-alat untuk pengepakan instrument dan alat-alat tenun.
5. Laboratorium
Laboratorium sederhana antara mencakupi pemeriksaan keadaan penderita yang mendadak / sesudah dilakukan pembedahan.
6. Kamar instrument
Untuk menyimpan instrument tambahan yang dipergunakan untuk operasi harian maupun cadangan. Penyimpanan dalam lemari kaca, secara berkelompok menurut jenisnya instrument.
7. Ruangan arsip
Ruangan ini tempat penyimpan arsip penderita yang sudah dibedah, juga merupakan ruangan administrasi bagi keperluan penderita yang akan dan sudah dibedah.
8. Kantor
Ruangan ini selain tempatnya kepala instalasi juga merupakan tempat informasi, agar tahu siapa saja yang masuk dalam kamar bedah, juga tempat dimana pemesanan alat operasi dan jadwal operasi dapat dilihat.

2.13 Limbah Kamar Operasi
Limbah kamar operasi yaitu ada dua macam yaitu limbah padat dan
limbah cair.
1. Limbah padat
Limbah padat ada dua yaitu : limbah medis dan non medis. Diantaranya limbah medis : kasa yang terkena darah, spuit, mess, botol ampul, selang infuse, jarum Sedangkan contoh limbah non medis : kertas, plastik.
2. Limbah cair
a. Urine
b. Darah
c. Pus

2.14 Posisi Pembedahan
1) Posisi supine Operasi otak, operasi jantung, operasi bedah
abdomen umum, operasi tangan dan kaki.
2) Posisi thyroiditis Operasi daerah leher (operasi thyroidectomy,
operasi oesopagus. operasi larynx, operasi tracheostomia.
3) Posisi Cholelithiasis Operasi liver, bladder.
4) Posisi Trendelenburg Operasi uterus atau ovary, operasi rectum.
5) Posisi Trendelenburg Memberikan anestesi kepada pasien yang full stomach (perut penuh).
6) Posisi Lithotomy Operasi kebidanan, hemorhoid.
7) Posisi Prono Operasi daerah belakang kepala, punggung, belakang lutut, tendo achilis, ginjal, adrenal glands.
8) Posisi Lateral Operasi paru-paru, oesopagus, operasi daerah bahu, sebelah dada, pinggang, operasi femur, hip joint (panggul).
9) Posisi Neprolithotomy Operasi ginjal, adrenal glands.
10) Posisi Jeck-knife Operasi rectum, anus, daerah sacrum.
11) Posisi Mukhammedien Operasi spinal column (sum-sum tulang)
12) Posisi Situng Operasi otak, cervical vertebrae, operasi tonsillectomy.